Selasa, 21 Desember 2010

SEJARAH ASIA TENGGARA (SEJARAH LAOS)

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laos adalah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat.
Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim terletak 17°58' LU 102°36' BT . Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga November, diikuti oleh musim kemarau sejak December sampai April. Ibukota dan kota terbesar di Laos adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang Prabang, Savannakhet, dan Pakse. Laos dikenal sebagai negara yang damai dan ramah, walaupun laos pernah terlibat dalam perang Vietnam dan perang saudara selama beberapa tahun. Kebudayaan Laos sendiri di tandai dengan adanya Agama Theravada telah banyak mempengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu).
Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Perancis menguasai wilayah ini di abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Perancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia II, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong.
Berdasar atas permasalah di atas maka penulis ingin mengulas lebih rinci tentang sejarah berdirinya Filipina, maka judul dari makalah ini adalah “Perjalanan Sejarah Laos”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah rumusan permasalahannya adalahg sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah zaman Prasejarah Laos?
1.2.2 Bagaimanakah zaman pengaruh India di Laos ?
1.2.3 Bagaimanakah zaman pengaruh Islam di Laos ?
1.2.4 Bagaimanakah zaman pengaruh Imperialisme Barat di Laos?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 untuk mengetahui zaman Prasejarah Laos.
1.3.2 untuk mengetahui zaman pengaruh India di Laos,
1.3.3 untuk mengetahui zaman pengaruh Islam di Laos,
1.3.4 untuk mengetahui zaman pengaruh Imperialisme Barat di Laos.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahu sejarah berdirinya Negara laos mulai dari zaman prasejarah hingga zaman pengaruh Imperialisme Barat.








BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Zaman Prasejarah Laos
Lembah Sungai Mekong dan Dataran Tinggi Korat, yang mencakup bagian substansial Laos, Kamboja dan Thailand, yang dihuni selama 10.000 tahun yang lalu. Walaupun data ini terbatas budaya prasejarah, bukti-bukti menunjukkan bahwa produksi dan berlapis keramik perunggu dimulai di sini lebih awal daripada di tempat lain di dunia. Lembah Sungai Mekong dan Dataran Tinggi Korat, yang mencakup bagian substansial Laos, Kamboja dan Thailand, yang dihuni selama 10.000 tahun yang lalu.Walaupun data ini terbatas budaya prasejarah, bukti-bukti menunjukkan bahwa produksi dan berlapis keramik perunggu dimulai di sini lebih awal daripada di tempat lain di dunia.
Banyak kelompok etnis di daerah-daerah, baik adat dan imigran milik Thailand linguistik keluarga-Austro. Di Laos, sebagian besar sub kelompok diidentifikasi dengan Thai-Kadai dan Hmong-Mien (Miao-Yao) keluarga linguistik. secara historis terdiri atas budaya Diaspora paling signifikan dari Cina Selatan dan Timur Tibet untuk Asia Tenggara.
Pendahulu dari Laos saat ini datang ke selatan selama migrasi berkala sepanjang garis geo-grafis beberapa. Peta linguistik di Cina selatan, barat India Utara dan Asia Tenggara menunjukkan dengan jelas bahwa jalur akses utama dari sub kelompok Thailand (biasanya disebut sebagai 'Tai' oleh para sarjana) ke dalam apa yang sekarang Laos dan Thailand, adalah lembah-lembah sungai: dari Sungai Merah (Yuan Jiang) di Cina Selatan dan Vietnam ke sungai Brahmaputra di Assam dan Timur Laut India. Daerah dataran antara poin zona migrational menengah dan jauh lebih sedikit penduduknya.
Salah satu zona antara tersebut adalah The lembah Sungai Mekong membagi Thailand dan Laos. Lainnya adalah Nam Ou, Nam Seriang dan lembah-lembah sungai lainnya di Laos modern. Antropologi Bukti linguistik menunjukkan bahwa bangsa Austro-Thai di Cina selatan dan Vietnam Utara mulai bermigrasi ke selatan dan ke barat di abad ke-8 Masehi. Kelompok-kelompok ini dibentuk pemerintah daerah sesuai dengan sistem tradisional mereka. Meuangs adalah kabupaten diperintah oleh seorang Meuang Jao, posisi turun temurun. Orang-orang Tai yang disukai mendasarkan meuangs mereka di lembah-lembah sungai, kadang-kadang mengelompokkan menjadi aliansi longgar. Sekitar mereka, dalam lingkaran konsentris sekitar, yang dikembangkan negara-negara bawahan kecil yang dikenal sebagai monthon, dari Mandela Sansekerta. Salah satu yang terbesar dari aliansi awal monthons dikembangkan di wilayah Dien Bien Phu di Vietnam. Sikhotabong, terletak di sisi Lao dari Mekong dekat Tha kaek hari ini, adalah salah satu monthons pertama yang diketahui. [Prasejarahlaos.http://www.huongviettravel.com/Laos/news/37/LaosHistory/172/booking.html].
Selama tahun 1930-an ahli geologi Perancis Josue Heilman Hoffet menemukan deposito signifikan bipedal fosil dan herbivora quadropedal, moluska air tawar, buaya dan kura-kura di wilayah Ban Tangvai, 120 kilometer timur Savannakhet. Tidak ada penelitian lebih lanjut dilakukan pada ini penting menemukan sampai 1990, ketika sebuah tim gabungan paleontologi Lao-Perancis tidak hanya menemukan kembali deposito Hoffet, tetapi juga menemukan dinosaurus baru substansial tetap di daerah tersebut. Selanjutnya penelitian Bersama Lapangan pada years 1991 dan 1992 Tetap tumbuh-Sumur mengungkapkan-diawetkan, dan theropoda ornithopods. Hari ini penemuan bagian-bagian dapat dilihat di Museum Dinosaurus di Savannakhet. Selanjutnya lapangan penelitian bersama pada tahun 1991 dan 1992 mengungkapkan tetap terawat baik dari sauropoda, theropoda dan ornithopods. Saat ini penting menemukan dapat dilihat di Museum Dinosaurus di Savannakhet.
Homo erectus pada akhir abad ke Tulang-20 diperkirakan antara 500.000 dan 300.000 years ditemukan di sebuah gua di Houaphanh Provinsi di Laos utara timur. Pada awal abad ke-20 tulang homo erectus diperkirakan antara 500.000 dan 300.000 tahun ditemukan di sebuah gua di Houaphanh Provinsi di Laos utara timur, tetapi setelah dikirim ke Prancis mereka menghilang tanpa jejak. Checklists Memverifikasi Daftar nama batu dan Tengkorak ditemukan di utara Laos selama Sungai Mekong Laos-Belgia Lembah Survei Arkeologi 1998-1999, kesaksian adanya pemukiman ada Manusia dari sejak 40000 SM. Baru-baru ini, batu menerapkan dan tengkorak ditemukan di Laos utara selama Sungai Mekong Laos-Belgia Lembah Arkeologi Survei 1998-1999, kesaksian adanya pemukiman manusia ada dari sejak 40000 SM. Namun, regular tidak Sampai Masa neolitik apakah mungkin untuk menjelaskan signifikan pada prasejarah. Namun, tidak sampai masa neolitik apakah mungkin untuk menjelaskan signifikan pada PrasejarahLaos.[PrasejarahLaos.2010.http://www.culturalprofiles.net/laos/directories/laos_cultural_profile/-1059.htm]
Hintang Hoamuang 2 (MOIC) Penemuan situs penguburan rumit kesawan Houaphanh, Luang Namtha dan Xieng Khouang Provinsi menunjukkan bahwa pada milenium 1 SM Masyarakat Canggih Yang berkembang di daerah-daerah. Penemuan situs penguburan rumit dalam Houaphanh sekarang, Luang Namtha dan Xieng Khouang Provinsi menunjukkan bahwa pada milenium 1 SM masyarakat canggih yang berkembang di daerah-daerah. Provinsi di Kelompok Houaphanh berdiri di Puncak bukit atau batu menhir yang berasal 1000-500 SM sekitar menandai kriptus dari pintu masuk ke manusia jenazah berisi batu, keramik, manik-manik dan artefak perunggu. Hintang Houamuang terdiri Dari 20 beberapa situs Menhir, yang dan pagar terbesarnya yang mereka terkenal San Kong Phanh. Dalam kelompok Houaphanh Propinsi berdiri di puncak bukit batu atau menhir yang berasal dari sekitar 1000-500 SM menandai pintu masuk ke kriptus batu yang berisi jenazah manusia, keramik, manik-manik dan artefak perunggu. Hintang Houamuang situs menhir terdiri dari sekitar 20, yang terbesar dan paling dikenal dari San Kong Phanh. yang terakhir terdiri dari tiga kelompok utama, masing-masing berlangganan artikel baru yang dibuat jumlah kelompok-kelompok terisolasi dari menhir. the menhir sendiri mengambil bentuk sempit dan panjang bilah-potong kasar sekis didirikan tegak di tanah, satu di jumlah yang belakang, artikel baru tertinggi biasanya tengah kesawan. yang terakhir ini terdiri dari tiga kelompok utama, masing-masing terkait dengan yang lain oleh kelompok-kelompok terisolasi menhir. para menhir sendiri berbentuk pisau panjang dan sempit dari sekis sekitar-cut didirikan tegak di tanah, satu di belakang yang lain, dengan tertinggi biasanya di tengah. mereka didirikan tetap permanent kamar penguburan digali kesawan jauh ditempatkan ke batuan, mungkinkan untuk membuka di bawah suami sering canada cerobong vertikal sempit dilengkapi artikel baru langkah-langkah. mereka didirikan atas kamar penguburan digali jauh ke dalam batuan dasar, akses untuk membuka di bawah ini sering melalui cerobong vertikal sempit dilengkapi dengan langkah-langkah. terkait masih berlangsung ditutupi penguburan ruang dibuat besar disk berukuran batu hingga doa meter diameter artikel baru.
Setiap ruang penguburan ditutupi oleh batu besar disk berukuran hingga dua meter dengan diameter. Dari yang dipercaya periode sama tanggal artikel baru dari hintang houamuang menhir, batu berdiri dari hintang nalae di daerah terpencil luang namtha propinsi kesawan bentuk mirip tetapi gores artikel baru berbagai desain, menggarisbawahi pentingnya mereka ritual. dipercaya tanggal dari periode yang sama dengan menhir dari hintang houamuang, batu berdiri dari hintang nalae di daerah terpencil luang namtha propinsi mirip dalam bentuk tetapi gores dengan berbagai desain, menggarisbawahi pentingnya ritual mereka.
dataran jars 1 (lnta).
Namun, mungkin dikenal pekuburan kuno terbaik di laos adalah dataran jars di xieng khouang provinsi, di mana ribuan botol batu besar diukir keluar dari potongan. tunggal telah ditemukan kesawan dari dikelompokkan kelompok batu di xieng khouang dataran tinggi, 1.000 meter di tingkat permukaan laut tetap permanent. Namun, mungkin pekuburan kuno yang paling terkenal di laos adalah dataran jars di xieng khouang provinsi, di mana ribuan botol batu besar diukir keluar dari potongan tunggal dari batu telah ditemukan dikelompokkan dalam kelompok di xieng khouang dataran tinggi, 1.000 meter di atas permukaan laut tingkat. sarjana percaya bahwa orang-orang yang membuat guci keturunan adalah besi-menggunakan orang-orang yang menciptakan penguburan berdiri-batu di houaphanh provinsi; dan perunggu alat-alat batu regular tidak cukup yang kuat untuk melakukan semacam bekerja suami, tapi datangnya dari penempaan besi di sekitar ke-4 sm abad akan menawarkan peluang kreatif untuk pembangun prasejarah pekuburan baru. sarjana percaya bahwa orang-orang yang membuat guci adalah keturunan besi-menggunakan orang-orang yang menciptakan penguburan berdiri-batu di houaphanh provinsi; batu dan perunggu alat-alat yang tidak cukup kuat untuk melakukan semacam ini bekerja, tapi datangnya dari besi penempaan di sekitar abad ke-4 sm akan menawarkan peluang kreatif baru untuk pembangun pekuburan prasejarah.
Sampai sekitar 50 c. kepemilikan modal tabung telah diidentifikasi, biasanya terletak di tanjung strategis dan tempat-tempat yang tinggi lainnya; beberapa situs berisi dari lebih 250 ekor guci. sampai saat ini sekitar 50 bidang tabung telah diidentifikasi, biasanya terletak di tanjung dan tempat-tempat strategis yang tinggi lainnya; beberapa situs berisi lebih dari 250 guci individu. pada doa dari guci gerabah situs telah ditemukan mengandung tulang manusia. para sarjana percaya bahwa orang mati pertama kali dikebumikan di batu raksasa guci-guci yang disegel tutup diukir artikel baru kemudian itu mayat-mayat disinterred, dikremasi dan dimakamkan di tempayan gerabah. pada dua dari guci gerabah situs telah ditemukan mengandung tulang manusia. sarjana percaya bahwa orang mati pertama kali dikebumikan di guci-guci batu raksasa yang disegel dengan tutup ukiran, mayat-mayat itu kemudian disinterred, dikremasi dan dimakamkan di tempayan gerabah. batu artikel baru guci baik-guci gerabah dan pembongkaran dihiasi motif kucing, manusia 'katak' bintang, atau angka-lengan mengangkat bahwa lao panggilan modern. beberapa barang makam-ditemukan kesawan guci menunjukkan bahwa dataran peradaban jars kesawan terlibat perdagangan internasional artikel baru Cina, India dan masyarakat sekitarnya. baik guci batu dan gerabah dihiasi dengan motif seperti kucing, bintang, atau tokoh-lengan mengangkat bahwa lao modern panggilan 'manusia katak' itu. beberapa barang-kuburan yang ditemukan di botol menunjukkan bahwa dataran peradaban jars terlibat dalam perdagangan internasional dengan cina, india dan masyarakat sekitarnya. dataran jars kaya akan garam, dan kemungkinan bahwa komoditi ini - sangat dihargai pada saat itu - tempat yang dijamin pada rute perdagangan internasional. dataran jars kaya akan garam, dan kemungkinan bahwa komoditi ini - sangat dihargai pada saat itu - tempat yang dijamin pada rute perdagangan internasional. Pada akhir 1990-an dan pot lainnya artefak berasal dari yang ke-2 abad ke 3 sm ditemukan selama abad pembangunan kawasan wisata di bukit kecil di Laos Pako di dekat sungai Nam Ngum sebuah vientiane. pada 1995 penentuan waktu arkeologi artikel baru bersama didirikan Swedia, yang mengakibatkan pada 1995-6 dan penggalian 2002 dan survei lokasi pada 2002;. lebih lengkap 70 yang kapal digali di sini, termasuk guci, pot, mangkuk dan piring doa penguburan utuh kapal dari berisi anak-anak muda, menunjukkan situs harus yang lagi pekuburan neolitik. Di samping tembikar, telah penggalian mengungkapkan bukti tekstil dan produksi besi, yang diyakini telah perlengkapan ritual untuk komposisi. pada 1990-an pot awal dan artefak lainnya yang berasal dari abad 2 sm pada abad ke-3 ditemukan selama pembangunan kawasan wisata di bukit kecil di Lao Pako di dekat sungai nam ngum vientiane. pada tahun 1995 proyek arkeologi bersama dengan swedia didirikan, sehingga penggalian pada tahun 1995-6 dan 2002 dan survei lokasi pada tahun 2002. lebih dari 70 kapal lengkap yang digali di sini, termasuk guci, pot, mangkuk dan piring, dua kapal berisi penguburan utuh dari anak-anak muda, yang menunjukkan situs yang akan pekuburan lain neolitik. selain tembikar, penggalian telah mengungkapkan bukti produksi besi dan tekstil, yang diyakini telah digunakan untuk tujuan ritual. kesamaan yang telah dicatat kuat antara fitur dekoratif dari ban pako tembikar dan gerabah bahwa dari yang ditemukan di chiang ban dan Ban Na di di Timur Laut Thailand. kesamaan yang kuat telah dicatat antara fitur dekoratif dari tembikar ban pako dan bahwa dari gerabah yang ditemukan di ban Chiang dan Ban Na di di Timur Laut Thailand.

2,2 Zaman Pengaruh India di Laos
2.2.1 Kerajaan Laos 1519 – 1836

Semetara Kerajaan yang didirikan oleh keberanian pasukan Bayinnaung berada dalam perpecahan dan puteranya Nanda Bayin secara dalam terlibat dalam perang dengan Naresuen dari Ayut’ia, Kerajaan Laos, jauh dihulu sungai Mekong, telah mendapatkan kembali kemerdekaannya di bawah Nokeo Koumane. Ia diprokamirkan sebagai raja di Vientiane tahun 1591, dalam tahun berikut pasukannya mengalahkan perlawanan Luang Prabang dan menyatukan kembali keajaan itu. Juga Negara Tran Ninh, dengan ibu kotanya Chieng Kouang dekat Plain des Jars, mengakui kebangkitan kembali kekuatan kerajaan Laos dengan mengirim simbul tradisional ke istananya sebagai tanda kesetiaannya. Kebertulan, letaknya terapit di antara dua Negara yang lebih berkuasa dari padanya, Laos dan Annam, upeti dibayar untuk keduanya. Mungkin penting bahwa pengakuan kedaulatannya dar Vientiane disetujui setiap 3 tahun, Annam menerimanya setiap tahun.
Nakeo Koumane memerintah hanya 5 tahun. Penggantinya adalah pernah sepupunya karena perkawinannya, Vongsa, yang memakai gelar T’ammikarat dan memerintah sampai tahun 1622. Pemerintahannya tidak berakhir dengan menyenangkan. Puteranya, Oupagnouvarat menjadi sangat populer dan mulai mendapatkan banyak kekuasaan atas pemerintahan hingga ayahnya yang iri hati itu mendorongnya ke dalam pemberontakan. Angkatan Perang membantu Pangeran mudah itu dan mengalahkan ayahnya dan membunuhnya. Setahun kemudian beliau sendiri lenyap dan negeri jatuh ke dalam serangkaian peperangan dinasti yang berlangsung sampai tahun 1637. Selama kurun waktu ini 5 orang memerintah, tetapi sejarah dinasti itu demikian kaburnya hingga sedikit saja diketahui tentang mereka.
Persaingan perebutan tahta itu memuncak dalam tahun 1637, ketika Soulinga-Vongsa, salah seorang daripada penuntut dalam peang itu, mengalahkan saingannya dan merebut kekuasaan. Beliau membuktikan dirinya sebagai orang kuat yang diperlukan negeri yang terpecah-pecah itu. Selama pemerintahannya yang 55 tahun lamanya itu, bukan saja keamanan dalam negeri telah dipulihkan tetapi juga hubungan baik telah ditananamkan dengan semua Negara-negara tetangganya. Pemerintahannya yang kuat dan memberikan kerajaannya kehormatan karena kekuatannya cukup untuk melemahkan setiap yang akan menjadi agressor menanggung resiko bila menyerangnya. Dengan demikian beliau mampu merundingkan serangkaian pesetujuan dengan tetangganya mengenai penetapan pasti batas kerajaannya.
Sebuah catatan yang jelas tentang suatu kunjungan ke Vientiane selama pemerintahannya telah sampai pada kita dari pena seorang Belanda, van Vuysthof yang pergi ke sana tahun 1641 dari kantor dagang Belanda di Phnom Penh dengan dua orang pembantu. Gubernur Jenderal van Diemen di Batavia sangat ingin menguras sumber-sumber “negeri gulmac dan kemenyang” itu. Kesulitan dan bahaya perjalanan ke Mekong terjadi dari tanggal 20 Juli sampai 3 Nopember. Saudagar-saudagar diterima baik oleh raja di Pagoda That Luong dan diadakan pertunjukan tari-tarian yang ramai, pertarungan memakai tombak sambil menunggang kuda dan balapan perahu untuk menggebirakan mereka. Pengiriman sejumlah besa “gulmac” dan kemenyang telah dijanjikan. Van Vuysthof terkesan, berangkat tanggal 24 Desember, meninggalkan kedua pembantunya untuk kemudian menyusul dengan seorang utusan Laos dan hadiah-hadiah untuk van Diemen [D.GE Hall dalam terjemahan I.P Soewarsha dalam buku Sajarah Asia Tenggara].

Melihat singkatnya waktu berada di situ sulit untuk mengetahui berapa besar nilainya dikaitkan dengan pernyataannya tentang masalah Laos itu, khususnya karena catatannya tentang kenaikan Soulinga Yongsa penuh dengan variasi keterangan yang diberikan dalam catatan pribumi. Mengenai pemerintahan negeri itu, ia menyebut tiga orang menteri besar yang memegang kekuasaan tertinggi dengan raja. Pertama kepala Staf Angkatan Bersenjata dan Komandan Ibu Kota Vientiene. Van Vuysthof menyebutnya “Tevinia-Assean”, yang rupanya menunjukkan Tian T’ala, puteri tiri raja, yang menjadi perdana menteri. Yang kedua Gubernur dari Nakhone, yang menjadi wakil raja di bagian selatan kerajaan yang meluas sampai keperbatasan Kamboja. Yang ketiga, menteri Istana, yang mengurusi utusan-utusan asing. Ada juga Mahkamah Tinggi, yang terdiri dari 5 orang anggota keluarga kerajaan, yang mengurusi masalah-masalah civil dan kriminil.
Van Vuysthof adalah orang Eropa pertama yang telah mengunjungi Vientiene. Pengetahuannya tentang geography kerajaan itu tidak cermat dan tidak mengetahui tentang Buddha secara mendalam, tetapi laporan hariannya itu rupanya melukiskan gambaran yang dapat dipercaya mengenai kemakmuran kerajaan itu seperti juga jumlah dan indahnya pagoda-pagoda dan bangunan –bangunan keagamaan lainnya. Seperti bangunan lorong Buddha yang menarik peziarah-peziarah dari jauh dan luas.
Seorang Eropa lain, Piedmontese Jesuit Father Giovanni-Maria Leria, tiba di Vientiene sesudah tahun kunjungan van Vuysthof. Ia mencoba, tetapi tanpa hasil, minta ijin membuka misi Kristen di negeri itu. Pendeta-pendeta Buddha menentang keras ketika ia merencanakan tinggal di situ selama 5 tahun. Memoirnya dipakai oleh Jesuit lain, Father Merini, sebagai dasar bagi bukunya, Relation nouvelle et curieuse des royaume de Tonquin et de Laos, yang diterbitkan di Paris tahun 1666. Tak ada sesuatu yang terjadi dari selingan yang tiba-tiba ini oleh orang Eropa ke dalam daerah yang tak dikenal di hulu Mekong itu. Sungai itu sendiri, dengan riam-riamnya, bagian-bagian yang sempit di mana-mana, merupakan halangan yang cukup untuk menegakkan perdagangan orang Eropa, dan Buddhisme bagi pemasukan missi Kristen. Jelasnya sebelum sampai tahun 1861, seorang pedagang penyelidik Henri Mouhot, telah menginjakkan kaki di kerajaan yang terpencil itu, dan ia pergi ke Luang Prabang dengan gerobag yang ditarik oleh sapi jantan yang telah dikebiri.
Hanya satu peperangan yang mengganggu kedamaian yang dalam yang dipelihara oleh tangan kuat Soulinga-Vongsa. Tahun 1651 Raja dari Tran Ninh menolak permintaannya untuk menyerahkan puterinya Nang Ken Chan, untuk dikawin. Setelah permintaan diajukan bekali-kali dengan hasil yang sama Soulinga-Vongsa mengirim satu detasmen pasukan, tetapi dapat dipukul mundur. Kemudian sebuah expedisi yang lebih kuat dikirim yang merebut ibu kota. Chieng Khouang, dan memaksa raja menyerah. Peristiwa yang tak menyenangkan ini menyebabkan pertentangan yang lama dan mencelakakan antara kedua Negara itu yang berlangsung sampai abad XIX. Lepas daripada ini pemeintahan raja-raja Laos terbesar terutama dibedakan oleh hasil penting yang dicapai kebudayaan tradisional negeri itu. Musik, arsitektur, patung, lukisan, kerajinan emas dan perak, kerajianan menganyam keranjang dan pertenunan, semuanya berkembang.
Bahkan, tetapi seorang raja seperti Soulinga-Vongsa, tak dapat menjamin kelanjutan stabilitas itu setelah mengkatnya. Satu-satunya puteranya, putera mahkota, menodai isteri Kepala Persatuan Pelayan Istana, tindakan kriminil itu dihukum dengan hukuman mati. Ketika Mahkamah Kerajaan menjatuhkan hukuman mati pada pemuda itu, ayahnya menolak mencampuri jalannya persidangan. Hasilnya adalah bahwa ketika raja mangkat tahun 1694, pewaris langsungnya, cucu-cucunya Raja Kitsarat dan Int’asom, terlalu muda untuk memerintah, dan perdana menteri yang sudah tua, Tian T’ala merebut tahta. Enam tahun kemudian, tahun 1700, ia diturunkan dan di bunuh oleh Nan-T’arat, Gubernur Nakhone yang menggantinya jadi raja.
Berita tentang perebutan ini sampai pada telinga seorang pangeran dari keluarga raja yang menghabiskan seluruh waktu hidupnya dalam pembuangan di Hue, dan sejak tahun 1696 telah mengadakan agitasi untuk mendapatkan bantuan Vietnam bagi suatu serangan pada kerajaan Laos. Ia adalah, Sai-Ong-Hue, putera saudara sulung Soulinga-Vongsa, Som-P’ou, yang telah dikalahkan dalam peperangan perebutan tahta tahun 1637. Dalam tahun 1700 dan suatu pasukan Vietnam, dan mendapat bantuan kuat dari para pengikut yang dikumpulkan di Tran-Ninh, ia menyerbu Vientiane, merebut ibu kota itu, membunuh orang-orang tak berhak atas tahta, Nan-P’arat, dan menyatakan dirinya sebagai raja.
Ketika Tian-T’ala diturunkan dari tahta tahun 1700 kedua cucu Soulinga-Vongsa, Raja Kistarat dan Int’a Som, melarikan diri ke Luang Prabang. Sai-Ong-Hue, ketika mendapatkan tahta dari Nan-Ta’arat, mengirim saudara tirinya T’ao-Nong, untuk merebut Luang Prabang atas namanya. Kedua pangeran itu, karena tak mampu melawan, melarikan dirinya ke Sip-Song-Panas, dimana sepupunya Khoumane-Noi, yang memerintah di sana, melindunginya. Tahun 1707 dengan pasukan yang terdiri dari 6.000 orang, yang digerakkan oleh Khoumane Noi, mereka mengusir Tao-Nong dari Luang Prabang. Raja Kitsarat kemudian diproklamirkan sebagai raja dan mengirim ultimatum kepada Sai-Ong-Hue, bahwa waktu mendatang propinsi-propinsi Utara Chieng-Khane akan merupakan kerajaan merdeka yang terpisah. Dan Sai-Ong-Hue, yang sibuk memperbaiki tugas pemerintahannya atas propinsi-propinsi di Selatan, tidak lama posisi mempersengketakan ultimatum itu. [D.GE Hall dalam terjemahan I.P Soewarsha dalam buku Sajarah Asia Tenggara].

Kerajaan Soulinga-Vongsa yang duu kuat sudah tidak ada lagi. Dari tahun 1707 Luang Prabang dan Vientiene adalah ibu kota dari dua Negara yang terpisah dan saling bermusuhan. Masing-masing secara pasti diperlemah oleh kenyataan bahwa yang lain terus-menerus mencai kesempatan untuk memulihkan pesatuan yang dulu, dan dengan tujuan ini mencari perhatian pada tetangga-tetangga seperti Burma, Siam atau Annam, semuanya pada suatu saat atau yang lain selama abad berikutnya atau telah menjalankan politik expansi sedemikian rupa.
Vientiane di bawah Sai-Ong-Hue (1707-1735) dalam kesulitan dai semula. Tran-Ninh menolak menyatakan bahkti. Karena itu sebuah pasukan dikirim untuk menduduki Chieng-Khoung. Raja melarikan diri dan adiknya diangkat keatas singgasana. Tetapi segera setelah pasukan Vientiane ditarik, raja yang diturunkan itu mendapatkan kembali mahkotanya. Beliau memutuskan kemudian untuk melaksanakan tindakan politik dan secara resmi menyatakan tunduk kepada Sai-Ong-Hue. Dengan Bassak dan propinsi-propinsi yang jauh di selatan, Sai-Ong-Hue, kurang berhasil. Chao-Soi-Sisamout, yang memerintah disana dari tahun 1713 sampai 1747, berhubungan dekat dengan Siam dan Kamboja, dan Sai-Ong-Hue, dengan perhatiannya yang terpusat pada kerusuhan dinasti di Luang Prabang, membiarkannya dalam keadaan bebas yang menguntungkan.
Tahun 1735 Sai-Ong-Hue, secara damai digantikan oleh puteranya Ong-Long. Pemerintahannya yang 25 tahun itu memperlihatkan kekacauan besar di Burma, Siam dan Luang Prabang, tetapi beliau menjalankan politik “safety firs” dengan sukses. Ketika Alaungpaya, si penakluk Burma itu, setelah menghancurkan keajaan Mon merdeka itu di Pegu, menyerbu ke timur dalam usaha menghidupkan kembali politik Bayinnaung, Ong-Long menyeamatkan kerajaannya dari serangan itu dengan membantu expedisi Burma itu yang menyebabkan Luang Prabang Bertekuk lutut padanya.
Tetapi beliau rebut dengan Tran-Ninh. Ini adalah ceritera lama tentang penolakan membayar upeti yang diikuti dengan serangan oleh pasukan Vientiane. Tetapi, kali ini, Annam campur tangan agar yang bersengketa berdamai. Karena itu Ong-Long menarik pasukannya, yang mengundang Raja Chom-P’ou menunggu tiga tahun sebelum menemui tiga tahun sebelum menemui atasannya. Ketika akhirnya beliau pergi, beliau diculik dan dipenjarakan di Vientiane. Tahun 1760 Annam campur tangan lagi, Ong-Long diperintahkan melepaskan tawananya itu, dan dilepaskan. Selama sisa waktu pemeintahannya Chom-P’ou membayar upetinya secara teratur dan datang secara pribadi setiap tahun ketiga untuk menyatan bhakti.
Ong-Long mangkat persis sebelum serangan Burma untuk menduduki Ayut’ia karena Alaungpaya lukanya fatal. Puteranya Ong Boun meneruskan politik ayahnya membantu B urma. Mula-mula semuanya berjalan baik. Raja Hsinbyushin menghancurkan usaha Luang Prabang memberontak dan tahun 1767 menghancurkan Ayut’ia. Tetapi kerajaanya sendiri diserang oleh Cina, dan beliau kehilangan kekuasaanya bukan saja atas Siam tetapi juga atas Chiengmai dan Luang prabang. Sekarang Vientiane dalam bahaya yang luar biasa hebatnya. Tahun 1771 diserang oleh Luang Prabang. Untungnya Hsinbyushin saat ini telah mendorong ke luar penyerang-penyerang Cina itu dengan Perdamaian Kaungton (1770) dan dapat mengirimkan sebuah pasukan kuat yang mengalahkan Luang Prabang.
Tetapi gerakan P’ya Taksin untuk memulihkan kekuasaan Siam dan mengusir Burma dari Negara-negara Laos berhasil dengan sukses yang makin bertambah, meskipun usaha-usaha Hsinbyushin memulihkan negeri yang hilang selama peperangannya dengan Cian. Karena itu ketika tahun 1774 Int’a Som dari Luang Prabang bersekutu dengan P’ya Taksin, jalan satu-satunya untuk keselamatan Vientiane adalah meninggalkan persekutuannya dengan Burma dan membuat perjanjian dengan Siam. Tetapi Ong-Boun secara bodoh memilih alternatif yang menyimpang, dan sebagai akibatnya kehilangan segalanya. Tahun 1778 Siam mendapatkan alasan yang meyakinkan untuk menyerang Vientiane. Setelah beberapa bulan mengepungnya Jenderal Chulalok merebut ibu kota itu terus memusatkan negeri itu di bawah penduduk militer. Ong Boun lolos dan masuk ke dalam pembangunan.
Tahun 1707, ketika T’ao-Nong, saudara tiri Sai-Ong-Hue, di usir dari Luang Prabang oleh Raja Kitsarat dan Int’a-Som, beliau membawa ke Vientiane patung Prabang yang terkenal itu, “Bhudda Zamrud” yang dibuat dai batu jasper hijau, kemudian kota itu dinamakan seperti nama itu. Sekarang tahun 1778 Jenderal Chulalok membawanya ke ibu kota Siam. Berhubung dengan itu, ketika istana kerajaan lama di bangun di Bangkok, candinya yang sekarang di bangun untuknya dala tempat pemujaan istana. Itu bukan satu-satunya barang rampasan yang diambil dari perampokan kota itu. Menurut Wood, pada kesempatan ini Siam menandingi Burma yang “ketakutan”.
Tahun 1782, ketika P’ya Taksin lenyap dari percaturan, Jenderal Chakri merebut tahta Siam, Ong-Boun yang terbuang itu membuat penyerahan resmi. Kemudian diijinkan kembali ke Vientiane, dan anak sulungnya Chao-Nan telah ditunjuk oleh pemerintah kerajaan sebagai vassal Siam. Tahun 1791 keributan dinasti di Luang Prabang memaksa anak muda itu mencampurinya. Ia berhasil mendapatkan sukses gemilang merebut ibu kota dengan serangan mendadak dan mngejutkan, dan menganeksir daerah kantong Houa-P’an. Tetapi atasannya, Rama I, sangat tak menyetujui tindakannya. Karena itu, waktu pulangnya, ia diturunkan dan diganti oleh adiknya Chao-In (1792-1805).
Chao-In sepanjang pemerintahannya tetap seorang vassal kerajaan. Ia membantu Siam mengusir Burma dari Chiengsen. Saudaranya Oupahat Chao-Anou menyamar dalam peperangan dan mendapat ucapan selamat dari Istana Bangkok. Karena itu ketika Chao-In mangkat tahun 1805, Oupahat Chao-Anou segera diakui sebagai raja Siam.
Chao-Anou adalah orang yang mempunyai kemampuan kuat, tetapi ambisinya yang keliru menyebabkan negerinya paling buruk kehancurannya dalam sejarahnya. Kekuatan militernya yang dipertontonkan di Chiengsen membuat ia disenangi oleh Siam, tetapi tujuannya yang besar membebaskan negerinya dari ketundukan pada Bangkok. Selama beberapa tahun ia dengan cerdik menutupinya sementara ia memperkuat posisinya dan mempeindah ibu kotanya. Tahun 1819 ia memadamkan pemberontakan Khas di daerah Bassac dan menjadikan anaknya Gubernur di daerah itu, yaitu Chao-Ngo. Ia kemudian mendorong Chao-Ngo untuk memperkuat Ubon dengan alas an merupakan suatu cara yang dimaksudkan untuk pertahanan Siam. Ia mengirim bukti tanda setia kepada Kaisar Gia Long di Annam, dan tahun 1820 menawarkan pada Luang Prabang persekutuan rahasia dengan menentang Siam. Pada candinya yang baru dan indah, Sisaket, yang di bangun tahun 1824, dua kali setahun diadakan rapat besar dari semua bawahannya untuk menyatakan bhaktinya.
Tahun 1825 ia pergi ke Bangkok untuk menghadiri upacara pemakaman Rama II. Di sana ia minta secara resmi pemulangan kembali keluarga-keluarga Laos yang dipindah ke Siam selama peperangan dari abad sebelumnya. Penolakan suatu permintaan yang demikian tak masuk akal itu mendapatkan satu-satunya alasan yang berguna untuk langkah yang sangat berbahaya dalam menyatakan kesetiaannya pada atasannya. Tahun berikutnya Kapten Henry Burney datang ke Bangkok untuk merundingkan satu perjanjian. Sementara itu di sana desas-desus tak berdasar sampai di Vientiane bahwa perundingan gagal dan armada Inggris sedang mengancam Bangkok. Segera Anou memutuskan bahwa sekarang waktunya untuk memaksakan kemerdekaannya dari Siam dengan ujung pedang.
Serangannya yang tiba-tiba sama sekali membuat Siam tidak siap. Tiga pasukan bersamaan waktunya menuju Bangkok satu di bawah Chao-Ngo dari Ubon, yang kedua di bawah Oupahat T’issa dari Roi-Et, dan yang ketiga di bawah Anou sendiri dari Vientiane. Anou maju sampai sejauh Korat dengan alat sederhana menyatakan bahwa ia datang membantu Raja Siam melawan serangan Britania. Pasukannya bahkan mengancam Saraburi, hanya dalam 3 hari berjalan dari ibu kota.
Tetapi perlawanan Siam segera mulai menjadi tangguh dan loncatan monyetnya berakhir. Pasukannya diusir kembali ke Korat dan Siam menggunakan ruang bernafas yang telah dicapai untuk menggerakkan pasukan besar, yang ditempatkan di bawah komando Jenderal P’ya Bodin. Ketika pasukan ini maju ke Korat, tak menjupai perlawanan Anou telah sama sekali mundu ke utara. Keputusannya rupanya diambil sebagai akibat kejutan dan kekalahan salah sebuah detasmennya yang betugas merampok oleh pasukan Siam kecil di dataran rendah Samrit.
P’ya Bodin, dengar insiatif di tangannya, melakukan serangan yang sistematis yang meliputi pertama serbuan pada Ubon dan menangkap Chao-Ngo, dan akhirnya tahun 1827 perang yang menentukan di Nong-Boua Lamp’on, di mana, setelah peperangan yang tanpa harapan yang berlangsung 7 hari, pasukan Siam terpaksa menyeberang Mekong. Inilah merupakan akhir peperangan itu. Anou melarikan diri ke dalam hutan lebat, mengirim pemintaan yang sia-sia akan bantuan ke Chiengmai, Luang Prabang dan Chieng Khouang. Siam melakukan kehancuran hebat sekali di Vientiane. Mereka kemudian meneruskan secara bertahap menghancurkan seluruh kerajaan itu, menggiring rakyatnya untuk menghuni kembali daerah-daerah negeri mereka sendiri sama seperti yang dilakukan oleh Burma dalam kurun waktu sebelumnya.
Itulah akhir kerajaan V ientiane. Tahun 1828 Anou, diburu menyebrang Mata Rantai Annam oleh Siam, muncul di Hue, dan Kaisa Minh-Mang berjanji membantunya mendapatkan kembali kerajaannya. Tetapi hampir semua pasukan yang dibentuk dalam perjalanan pulangnya melarikan diri di jalan. Dan segerah setelah ia tiba di ibu kotanya yang telah runtuh, datangnya pasukan Siam menyebabkannya sekali lagi menghindar untuk berkelahi, kali ini masuk ke daerah Tran-Ninh. Raja Chao-Noi harus memilih antara menyalahkan Siam atau Annam karenanya, dank arena pasukan Siam sebenarnya mengancam negerinya, dan ia sendiri mewarisi kebencian tradisional keluarganya terhadap raja-raja Vientiane, ia menangkap pelarian itu dan menyerahkannya pada Siam.
Anou mati di Bangkok setelah 4 tahun tertangkap. Pallegoix mengatakan bahwa ia dipertontonkan dalam kerangkeng besi dan kemudian mati karena pelakuan yang diterimanya. Tetapi ada ceritera yang bertentangan, dan masalah itu tetap merupakan misteri yang tak terpecahkan. Karena Chao-Noi dari Chieng-Khouang itu dendam, Annam cepat runtuh dan tanpa belas kasihan. Dipanggil ke Hue untuk menjelaskan tindakannya, ia berusaha meredakan kemarahan Minh-Mang dengan mengirim utusan dengan hadiah-hadiah mewah. Tetapi ada landasannya. Pasukan Vietnam menangkapnya dan membawahnya ke Hue, di mana ia dibunuh di muka umum. Kerajaannya, Tran-Ninh menjadi daerah bagian kerajaan Annam.
Sejarah kerajaan Luang Prabang dari tahun 1707 seterusnya dapat diceriterakan secara singkat. Tahun-tahun pertamanya diributkan oleh perselisihan dinasti, melalui usaha Int’a-Som untuk mengusir pertama dari singgasananya saudaranya Raja Kitsarat (1707-1726) dan kemudian sepupunya Khamone-Noi (1726-1727). Khamone-Noi, pribadi yang menarik, yang petualangannya penuh tada Tanya, masih merupakan pokok banyak pemutaran sejarah, mempunyai nafsu untuk berburu. Dalam salah satu ketidak hadirannya pada expedisi perburuan Int’a-Som, yang ia secara hati-hati dibiarkan hidup bebas sama sekali di ibu kota, meskipun suatu usaha dijalankan untuk merebut tahta, mengobarkan pemberontakan istana dan menjadikan dirinya raja. Khamone-Noi, setelah mengetahui apa yang tejadi, pergi menyelamatkan diri ke Chiengma, yang 10 tahun sebelumnya telah memberontak melawan Burma. Di sana ia dapat menguasai kerajaan itu, mengalahkan pasukan Burma yang dikirim untuk melawannya tahun 1728, dan dinobatkan sebagai raja. Int’-Som pemeintahannya pemerintahanya panjang yang berlangsung sampai tahun1776. Secara intern pemeintahannya tenang sekali. Tetapi keluar ia behadapan dengan bahaya yang serius. Keterpencilannya menyebabkan ia memasuki hubungan diplomatic dengan Cina. Babad pemerintahanya banyak kaitan pentingnya dengan dua duta yang ia kirim ke Peking tahun 1729 dan 1734. Tahun 1750 Annam menuntut upeti, dan di situ masalahnya selesai. Kerusuhan dinasti Le telah kehilangan semua kekuasaannya atas masalah-masalah Negara, menjadi perhitungan bagi pemeran kelemahannya ini.
Tetapi bahaya terbesar datang dari hidupnya kembali kekuasaan Burma di bawah Alaungpaya (1752-1760) dan pengganti-penggantinya. Luang Prabang sebagaimana telah kita ketahui telah berhenti untuk bertunduk pada tahun 1753 dan harus menghias banyak sekali rasa bhakti, termasuk putera Int’a-Som, Tiao Vong. Ketika Alaungpaya mangkat, Int’a-Som tak henti-hentinya mencoba mendapatkan kembali kemerdekaannya. Tetapi serangan-serangan Cina pada Burma dan kemenangan-kemenangan P’ya Taksin di Siam membuat situasi lebih menguntungkan dan ia bukan saja mengumumkan lepasnya dari keunggulan Burma tetapi tahun 1771 memberanikan diri menyerang Vientiane, sekutu Burma. Pasukan Burma mengalahkannya di medan Muong-Kassy dan menyelamatkan kota tempat perang itu berlangsing tetapi pulang kembali tanpa berbuat sesuatu untuk memulihkan kedaulatan Burma atas Luang Prabang.
Karena itu Int’a-Som didorong meletakkan nasibnya pada P’ya Taksin, dan tahun 1774 masuk dalam pesekutuan pertahanan dengannya melawan Burma. Ia tanpa menunggu mengambil langkah telalu jauh, karena ketika tahun 1778 Siam merebut Vientiane dan menyapu kemerdekaannya mereka minta anaknya Sotika-Koumane (1776-1781) untuk menerima syarat-syarat seperti menyerahkan Luang Prabang dan juga suatu posisi ketergantungan.
Tahun 1781 adik Sotika-Koumane, Tiao-Vong, memaksanya melepaskan diri menurut caranya sendiri. Enam tahun kemudian raja baru itu mangkat terlalu cepat tanpa sebab dan selama 4 tahun negeri ditarik oleh serangkaian pertikaian antara saudara-saudaranya yang ada. Ini, seperti telah kita lihat di atas, menyebabkan Chao-Nan dari Vientiane campur tangan. Salah seorang dari saudara yang bertengkar itu, Anou-rout, anak kedua Int’a-Som, menyusun perlawanan terhadap penyerbu, tetapi gagal menyelamatkan ibu kota. Waktu jatuhnya ia melarikan diri ke Bangkok, di mana selama dua tahun (1791-1793) ia hidup sebagai tawanan Negara.
Sementara itu Raja Chao-Nan, setelah menjalankan pembunuhan besar-besaran di Luang Prabang, mamindahkan banyak kepala keluarga rakyat dan kembali pulang. Ia akan mendoong penaklukkannya lebih lanjut, tetapi takut akan serangan kemarahan besar dari rajanya yang berdaulatan. Tetapi dengan menyerang semua itu, ia telah berjalan terlalu jauh, dan akibatnya diturunkan dan diperintahkan tinggal di Bangkok. Segera setelah kedatangannya di sana Anourout yang terhukum itu dibebaskan atas pemintaan kekaisaran Cina dan kembali memerintah Luang Prabang. Di sana ia sibuk memperbaiki kehancuran kota dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang diberkahi Buddha. Tahun 1817 dan ia melepaskan menurut caranya dari anaknya, Mant’a-T’ourat.
Raja baru ini yang tidak muda lagi itu, telah dilahirkan tahun 1775, telah puas mengikuti jejak kaki ayahnya dan memerintah dengan tenang. Ia jauh berhati-hati sekali untuk masuk ke dalam persekutuan anti-Siam yang diusulkan oleh Anou dari Vientiane. Tetapi kemenangan Siam atas Anou dan jatuhnya Vientiane menyebabkan ia mencoba beberapa usaha mengarahkan kembali politiknya. Sejak itu tahun 1831 dan lagi tahun 1833 ia mengirim utusan-utusan ke Hue menawarkan bhakti dan upeti tradisional berupa bunga-bunga emas dan perak yang kakeknya secara kasar menolaknya tahun 1750.
Tetapi ini tidak ada tujuannya. Pukulan Siam telah diletakkan di pundaknya, dan Minh-Mang dari Hue dengan hati-hati melubangi surat yang dibawa oleh utusannya. Tetapi tahun-tahun berikut mereka senang pada Perancis ketika mereka mencari alasan untuk meluaskan kekuasaan dari Annam ke negeri Laos menyeberang Mekong.
Ketika Mant’a-T’ourat mangkat tahun 1836 seorang menteri Siam menghadiri pembakaran mayatnya dan secara umum menyatakan hak kedaulatan Siam. Anaknya dan penggantinya yang ditunjuk, kemudian tinggal di Bangkok sebagai jaminan. Ia dengan sabar menunggu selama 3 tahun sebelum menerima pengakuan resmi dari Raja Siam dan ijin kembali ke negerinya.

2.3 Zaman Pengaruh Islam di Laos
Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.
Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah: beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental.
Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil.
Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.
Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya.
Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.

Sebagian besar berbisnis
Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pebisnis. Mereka berjaya di bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal.
Beberapa restoran terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road, dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.

Kelompok ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah dan giat bekerja, meski mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan mereka jawab dengan kalimat bo hu, atau "saya tidak mengerti" dalam bahasa Laos.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.
Tanda ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka juga menyediakan hanya daging halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging babi.
Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun mereka berjumlah lebih sedikit dan memutuskan tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.
Pengungsi dari Kamboja
Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka dalah para pengungsi dari rezim Khmer berkuasa. Mereka melarikan diri ke Negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.
Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan Khmer sejak 1975. Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mreka juga dilarang untuk beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.
Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mata imam masjid Kamboja di Vientiane, Musa Abu Bakar, berlinang air mata ketika menceritakan kematian seluruh anggota keluarganya dari kelaparan. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah daging babi, yang diharamkan oleh Islam.
Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya. Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari suluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.
Kini di Laos diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi, Vientiane.
Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut mahzab Syafii, berbeda dengan komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut mazhab Hanafi. ( Republika Online / n uli )

2.4 Filipina dalam Pengaruh Imperialisme Barat
2.4.1 Penjajahan Prancis
Seperti yang diketahui, bahwa Indo-China pada dasarnya terdiri atas Vietnam, Laos, dan Kamboja. Sejak zaman kuna hingga zaman modern, kawasan Indo-China merupakan daerah yang penuh dengan gejolak, baik yang berupa perebutan kekuasaan, perang saudara maupun melawan imperialisme asing. Prancis adalah bangsa Barat yang berhasil menanamkan kekuasaannya di Indo-China. Vietnam adalah Negara di kawasan Indo-China yang paling keras melawan imperialisme Prancis, terutama pada pemerintahan Tu-Duc, jadi pada tahap awal penjajahannya di kawasan Indo-China difokuskan untuk menguasai Vietnam terlebih dahulu. Sejak tahun1868, Perancis mengirimkan sebuah ekspedisi awal ke Laos untuk menyelidiki rute perdagangan sungai Mekong ke Cina. Pada tahun 1886, Perancis mendapat izin dari Laos untuk memperluas pemerintahannya di Laos dengan menempatkan wakil konsulat di Luang Prabang. Dalam perang Vietnam-Prancis yang berlangsung pada 1883, pihak Vietnam mengalami kekalahan dan disepakati perjanjian Hue 1883 yang menetapkan bahwa Vietnam harus mengakui naungan Prancis atas Vietnam. Sejak itulah Prancis betul-betul berkuasa atas seluruh Vietnam dan melanjutkan perluasan imperiumnya ke wilayah Laos dan Kamboja. Di tahun 1887, Laos, mengantisipasi ekspansi bangsa Perancis dengan mengosongkan sebagian besar daerah Laos. Laos dapat dikuasai tanpa kendala berarti sejak 20 Januari 1893. Tahun berikutnya Kamboja dapat dikuasai. Jadi pada tahun 1894 Prancis telah mampu menguasai kawasan Indo-China dan menyatakan daerah tersebut adalah daerah protektorat Prancis.
a) Politik Kolonial Prancis di Laos
Politik kolonial Prancis di Laos termasuk dalam politik Prancis yang diterapkan di kawasan Indo-China. Politik kolonial Prancis secara garis besar dikonsentrasikan pada bidang politik, ekonomi dan social budaya. Dalam bidang politik, pemerintahan kolonial Prancis melakukan pengendalian kekuatan gerakan perlawanan local dengan politik pecah belah. Langkah utama yang dilakukan adalah pembagian territorial Indo-China. Hal ini terbukti, bahwa setelah Prancis berhasil menguasai seluruh kawasan Indo-China serta dapat melumpuhkan perlawanan dan kerusuhan-kerusuhan di daerah Tongking, Chochin-China dan daerah lain, pada. Hal ini terbukti, bahwa setelah Prancis berhasil menguasai seluruh kawasan Indo-China serta dapat melumpuhkan perlawanan dan kerusuhan-kerusuhan di daerah Tongking, Chochin- China dan daerah lain, pada Oktober 1887 Prancis menentukan politik pemerintahan kolonial atas Indo-China. Wilayah Annam, Tongking, Laos dan Kamboja sebagai daerah protektorat kolonial Prancis langsung di bawah kekuasaan Menteri Luar Negeri. Sejak tahun 1989 Kamboja, Chonchin-China, Annam dan Tongking dijadikan sebuah Union Indo-China. Pemerintahan yang lebih tinggi dipercayakan kepada seorang
gubernur Jendral Sipil yang membawahi lima departemen. Bidang Ekonomi Prancis melakukan eksploitasi terhadap kekayaan alam dan penduduk Indo-China. Tetapi Perancis tidak banyak tertarik dengan wilayah Laos. Paris mengirimkan pejabat-pejabat resmi Vietnam ke Laos untuk mengatur pemerintahan, tetapi peranannya hanya sedikit dalam mengembangkan perekonomian Laos. Bidang social budaya, Prancis menerapkan politik asimilasi yaitu memasukkan budaya Prancis ke Indo-China atau dengan kata lain mem-Prancis-kan Indi-China. Namun demikian politik Prancis ini gagal karena Prancis ragu-ragu dalam memperluas pendidikan karena takut timbul nasionalisme dari kaum terpelajar.
2.4.2 Kemerdekaan Laos
Pada bulan September 1940, setelah Perancis diserang oleh Jerman, pasukan Jepang menduduki Indocina dengan tanpa perlawanan. Secara resmi kekuatan kolonial Perancis meninggalkan seluruh instalasi militernya untuk digunakan pasukan Jepang. Dan juga terjadi pertukaran pemerintahan kolonial Perancis secara resmi ke Jepang. Perang dunia II tidak banyak mengakibatkan kerusakan di Laos, bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Myanmar dan Filipina. Di Asia Timur, Perang dunia ke II berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945, yang ditandai dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu. Kemudian, Perancis mencoba mendirikan kembali kekuatan kolonialnya di Kamboja, Vietnam dan Laos. Pada tanggal 1 September 1945, negara Laos menyatakan kemerdekaannya. Perancis menolak untuk menerima hal tersebut, dan membalas dengan mengirim pasukannya ke Laos. Perang gerilya berawal ketika tentara Laos melawan kekuatan kolonial Perancis. Tiga orang pangeran yang terkenal melawan penjajah adalah Pangeran Souvanna Phoma, Pangeran Souphanavong dan Pangeran Oune Sananikone. Pangeran Souphanavong yang banyak berkenalan dengan paham sosialisme dan menjalin hubungan dengan Ho Chi Minh dikenal sebagai pemimpin kelompok komunis. Sebaliknya Pangeran Oune Sananikone yang lebih dekat dengan Muangthai dikenal sebagai pemimpin yang beraliran nasionalis. Sedangkan Souvanna Phoma kakak dari Souphanavong lebih mengambil jalan tengah. Terdesaknya Prancis dikawasan Indo-Cina sebagai akibat dari perlawanan yang sangat gigih dari kelompok komunis dikawasan Indo-China yang bersatu untuk mengusir imperialsme memaksa Negara-negara sekutu seperti Amerika, Prancis, Inggris mengadakan konverensi Jenewa pada tanggal 25 April 1954 utuk membahas masalah Korea dan Indo-China. Selain itu China, Uni Soviet, Republik Sosialis Vietnam (Vietmin), Vietnam Selatan, Kamboja, Laos, Korea Utara dan Korea Selatan hadir dalam konverensi Jenewa. Pada 20 Juli 1954 konverensi Jenewa menghasilkan 6 bab dan 57 pasal, yang terkait dengan Indo-China antara lain berisi keputusan mengakui kemerdekaan penuh pada Kamboja, Laos, dan Vietnam. Serta diputuskan pula pembagian Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Dengan ketiga aliran yang ada di Laos ternyata sulit untuk membangun aliansi. Apalagi setelah kedatangan Amerika Serikat sesudah Perang Dunia II dalam rangka mempopulerkan doktrin John Foster Dulles yang anti komunis.perpecahan antara pemimpin Laos semakin menajam setelah Souphanavong dengan partai Pathet Lao yang beraliran komunis melancarkan serangan dan pengaruh di Laos dengan b antuan tentara Viet Minh. Sedangkan golongan kanan yang nasionalis dibawah pimpinan Sananikone menjadi lebih kaya karena bantuan Amerika Serikat. Meski kelompok nasionalis ini kurang popular dalam kepemimpinannya di Laos, nampaknya Laos lebih cenderung mengambil jalan tengah, walaupun kepopuleran golongan Pathet Lao cukup menonjol. Sehubungan dengan itulah maka dalam perkembangannya yang berhasil dan banyak menduduki jabatan Perdana Menteri (PM) adalah Souvana Phoma. Pada waktu menduduki jabatan Perdana Menteri, Phouma terus berusaha uttuk membentuk koalisi dengan adiknya Souphanavong. Dan hal ini pernah tercapai dalam tahun 1973, setelah Souvanna Phoma bersama Vongvichit dari pihak Pathet Lao membubuhkan tanda tangan diatas kertas perjanjian damai pada hari ke 23 Februari 1973.
a) Konflik Internal Laos
Setelah lebih dari 3 dekade, sejak tahun 1949 sampai tahun 1975, situasi politik di Laos selalu dalam keadaan yang tidak stabil. Perang saudara diantara 3 golongan tidak separah dengan perang saudara di Vietnam atau di Kamboja. Peristiwa perjanjian damai pada 23 Februari 1973 telah menimbulkan reaksi keras terutama dari golongan kanan. Banyak perwira militer yang berimpati dengan golongan nasionalis merasa tidak puas dan menuduh bahwa Phouma telah menjual Laos kepada orang-orang komunis. Kemudian santer terdengar issue mengenai akan adanya kudeta terhadap pemerintahan Phoma. Bagi rakyat dan para diplomat di Laos sebenarnya tidak begitu tertarik atau terkejut mendengar issue tersebut, mengingat kudeta seolah-olah telah menjadi sebagian kultur dalam pergantian kepemimpinan di Laos. Desas-desus itu ternyata menjadi kenyataan setelah 4 bulan dari penandatanganan perjanjian damai tersebut, kelompok militer dibawah Jendral Thouma melakukan kudeta. Tetapi kudeta ini tidak mendapat dukungan pihak Amerika Serikat yang sebetulnya sangat diharapkan oleh golongan kanan. Amerika Serikat melalui John Dean Gunter wakil duta besar Amerika untuk Laos mengatakan bahwa pihak Amerika lebih mendukung politik koalisi yang dijalankan Phouma. Tanpa bantuan Amerika maka kudeta ini dapat segara digagalkan dan Jendral Thouma sendiri terbunuh, sedang anak buahnya melarikan diri ke Muangthai. Setelah mundurnya kekuatan Amerika Serikat dari Indochina di tahun 1973, pemerintahan sayap kanan di Vientiane menggantikan pemerintahan koalisi yang netral dan komunis-komunis Pathet Lao. Pada tahun 1975, setelah pasukan komunis menaklukan ibukota Vietnam dan Kamboja, komunis Pathet Lao memperoleh kekuatan tunggal di Laos. Sementara di Laos, sebagian penduduk tertahan di tempat penampungan, dimana tidak terjadi balas dendam seperti di Kamboja. Perdana menteri netralis terdahulu yang bernama Souvana tidak ditahan tetapi hanya diturunkan pangkatnya menjadi penasehat pemerintah. Dengan perkembangan tersebut maka tentara Pathet Lao yang bermarkas di perbataasan sebelah utara semakin bebas bergerak memasuki kota Vientiene dan Luang Prabang tanpa dicurigai lagi. Perkembangan ini sangat menggembirakan pihak Hanoi yang selama perjuangannya selalu membantu gerakan komunis Pathet Lao. Apalagi setelah tahun 1975 dan memasuki tahun 1976 ternyata gerakan komunis di Laos sudah begitu kuat. Dan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan kali ini membuat warna merah berhasil mengendalikan pemerintahan Laos, walaupun ide koalisi itu tetap ada. Tetapi komunis tetap komunis, prinsip komunisme untuk mengkomuniskan suatu Negara yang ditempatinya akan terus diusahakan. Sehingga lama kelamaan menggeser peranan kaum netralis.
b) Perlawanan Gerilyawan Nasionalis
Sejak Laos berangsur-angsur dikuasai oleh Pathet Lao, banyak orang, bekas pejabat pemerintahan lama dan orang orang yang setia pada raja, berusaha mengadakan perlawanan terhadap penguasa baru. Penguasa baru Laos di samping menghadapi golongan nasionalis juga masih menghadapi serangan-serangan dari suku Meo yang tidak mau tunduk pada penguasa Pathet Lao. Pada perkembangan selanjutnya suku Meo dan golongan kanan bergabung melawan penguasa Pathet Lao. Dari Bangkok tanggal 7 Januari 1976 diberitakan bahwa tentara dari suku Meo telah menyerang dan menewaskan enam tentara Pathet Lao di daerah pegunungan dekat Vientiane. Sementara itu seorang pemimpin suku Meo mengatakan kepada AFP di Bangkok tanggal 20 Januari 1976 bahwa :1) suku Meo sekarang menguasai kembali daerah Long Chen; 2) suku Meo mempunyai 7.000-8.000 orang tentara yang beroperasi di Laos dan diorganisir dalam kelompok-kelompok gerilya kecil-kecil; 3) seku Meo mempunyai cukup persediaan suplai senjata. Tanggal 8 dan 9 maret gerilyawan Front Rakyat Laos yang anti komunis menyerang penjara Tam Khe dekat Viantiane dan menewaskan 20 orang penjaganya. Surat kabar Bangkok, Thairath tanggal 27 Maret 1976 memberikan bahwa: 1) gerilyawan anti komunis Laos telah membangun pengkalan-pangkalan di pulau-pulau penting di Sungai Mekong antara Savanrakhat dan Pakse; 2) sekitar 200 gerilyawan telah melakukan beberapa serangan terhadap pasukan penguasa Pathet Lao; 3) gerilyawan-gerilyawan tersebut mempunyai senjata- senjata yang baik dan amunisi yang cukup. Suatu pertempuran lain terjadi di selatan Vientiane tanggal 23 Maret 1976 antara pasukan Pathet Lao dan gerilyawan anti Komunis mengakibatkan empat tentara Pathet Lao tewas dan dua buah instalasi artelari di Simmano dan Khoyaideng hancur. Sedang di desa-desa sebelah timur Viantiene tanggal 21 Maret 1976 gerilyawan anti komunis menghadang iringan militer Pathet Lao dan menewaskan lima tentara Pathet Lao. Dua granat yang hendak meledak di Keduataan besar Uni Soviet tanggal 13 Maret 1976 mengakibatkan empat diplomat Uni Soviet luka-luka. Kemudian segerombolan penyerang melemparkan dua granat ke Keduataan Besar Kuba tanggal 3 April 1976. dari Bangkok tanggal 16 April 1976 diberitakan bahwa gerilyawan anti komunis Laos yang menemakan dirinya Front Patriotik Revolusioner Laos (LRPF) telah menyatakan bertanggungjawab atas serangan-serangan terhadap kedua kedutaan tersebut. Lewat selebaran-selebaran, kelompok ini menyatakan bahwa: 1) pihak Uni Soviet dengan terang-terangan telah memberdayakan rakyat Laos untuk menjadikan kerajaan Laos sebagai satelit Uni Soviet; 2) LRPF akan melancarakan serangan terhadap orang-orang Uni Soviet di negara0negara yang menandatangani persetujuan Jenewa tahun 1954 yang menjamin netralitas Kerajaan Laos dibawah dwi ketua Uni Soviet dan Inggris. Untuk menanggulangi serangan-serangan dari gerilyawan nasionalis pemerintah Laos secara terus-menerus berusaha membasmi gerakan-gerakan itu. Dari Bangkok tanggal 4 April diberitakan bahwa pemerintah Laos telah mengoperasikan pesawat-pesawat tempur pembom buatan AS, T-28, untuk menghancurkan perlawanan gerilyawan nasionalis di Laos Utara. Radio Laos tanggal 20 Maret mengecam perbuatan sabotase, subversi dan pengrusakan yang dilakukan golongan anti revolusioner, dan mendesak rakyat serta Angkatan Bersenjata untuk memperkuat keamanan dan memepertinggi kewaspadaan. CIA telah mengorganisir golongan tersebut dan berusaha menjadikan Muangthai sebagai pangkalan anti Laos. Seorang bekas perwira Laos yang lari ke Muangthai menyatakan di Nong Khai tanggal tanggal 6 Mei 1976 bahwa Pathet Lao sedang memperbaiki semua pesawat-pesawat tempur dan transportasi yang ditinggalkan oleh bekas Angkatan Udara Laos untuk mempersiapkan operasi militer besar-besaran guna menghadapi beberapa gerakan gerilyawan yang telah muncul di beberapa daerah di Laos. Unutk itu, ahli-ahli mesin Pathet Lao yang belajar selama tiga tahun di Uni Soviet telah kembali ke Laos. Seorang pemimpin suku Meo menyatakan di Bangkok tanggal 22 Juli 1976 bahwa ratusan gerilyawan suku Meo telah tewas akibat pemboman Pathet Lao di daerah Long Cheng (200 km sebelah timur Vientiane), sasaran pemboman tersebut sebenarnya Muong Cha, Pha Oio, Phi Khaio dan Pha Khas, serta sebuah pesawat intai dan holikopter Pathet Lao yang dikemudikan oleh pilot-pilot Uni Soviet berhasil di tembak jatuh. Suku Meo dan rakyat Laos yang anti komunis terus melancarkan perlawanan dengan nama “Tentara Anak Surga”. Perpecahan terjadi antara golongan ekstrim yang di pimpin oleh PM Kaysone Phomvihan dan kelompok moderat yang dipimpin oleh Presiden Souphanouvong. Jumlah suku Meo yang mengungsi ke Muangthai saat itu diperkirakan 40.000 orang. Sekitar 500 tahanan politik melarikan diri dari penjara Vientiane pada tanggal 25 April 1976 setelah berhasil merebut senjata-senjata dari gudang penjara dan menewaskan 12 orang penjaganya. Bong Souvannavong, bekas politikus terkemuka Laos dan Pangeran Sonk Banavong termasuk diantara para tahanan yang melarikan diri. Tanggal 26 April 1976 penguasa Laos menyatakan berlakunya jam malam di Vientiane utnuk mencari para tahanan yang melarikan diri. Sementara itu beberapa tahanan yang sampai di Muangthai menyatakan bahwa sekitar 100 tahanan telah terbunuh. Untuk mncegah masuknya para tahanan, Muangthai telah menutup dua pos perbatasan dan menghentikan lalu lintas ferry di Sungai Mekong. Pada tanggal 27 April 1976 di sungai Mekong terjadi pertempuran antara Pathet Lao dan para tahanan yang melarikandiri. Sampai pada tahun 1978 penguasa Muangthai telah menahan 50 tahanan yang berhasil menyeberangi sungai Mekong. Dikabarkan bahwa sekitar 150 tahanan masih bebas di Laos dan 180 orang lainnya ditangkap.
c) KebijakanDalam Negeri Pemerintahan Pathet Lao
Sidang Majelis Rakyat Tertinggi pertama berlangsung Di Vientiane tanggal 23 Desember 1975- 3 Januari 1976 dan memutuskan: 10 membuat rancangan konstitusi baru, rencana kerja Majelis serta program pemerintah; 20 hari Nasional Laos tanggal 2 Desember 1976. dari Vientiane tanggal 11 April 1976 diberitakan bahwa pemerintahan Laos telah memulai suatu revolusi kebudayaan pertama. Untuk melaksanakan revolusi tersebut, diadakan indoktrinasi-indoktrinasi khusus untuk para pemuda yang menganggur, para perusuh, para pejudi, dan pecandu obat bius. Ratusan orang telah ditahan termasuk orang-orang asing yang kebanyakan berasal dari Vietnam dan China (Suara Karya, 12 April 1976). Radio Laos tanggal 11 Mei 1976 memberitakan bahwa pemerintahan Laos telah membebaskan kelompok pertama bekas perwira-perwira golongan kanan yang menjalani pendidikan kembali selama satu tahun. Mereka yang dibebaskan itu ditugaskan kembali dan di satukan ke dalam resimen baru. Masalah kehidupan beragama pada awal tahun 1976 agak ramai dibicarakan. Partai komunis yang berkuasa telah mengecam agama Katolik sebagai agama yang mendatangkan gaya hidup Barat yang tidak sesuai dengan situasi Laos dan sering dijadikan alat CIA. Pernyataan pemerintah baru tanggal 6 April 1976 menyatakan bahwa agama budha adalah agama baik dan telah memainkan peranan penting dalam perjuangan untuk menanamkan dan membangun Negara. Perayaan dan keramaian tahun baru Laos akan diselenggarakan pada tanggal 13-15 April setiap tahun. Wakil menteri Urusan Dalam Negeri Kolonel Deuan Soun Rhen mengatakan di Vientiane tanggal 23 April 1976 bahwa pemerintah Laos menyambut baik segala bantuan dari setiap Negara, organisasi atau individu manapun untuk membantu Negara menyembuhkan luka-luka perangnya. Pemerintahanya juga akan meneruskan kampanye utnuk memberantas korupsi. Tanggal 15 Juni 1976 pemerintah Laos memperkenalkan mata uang baru yang bernama KIP Front Pembebasan Laos dengan nilai 1.200 KIP untuk sati US$.
d) Kebijakan Luar negeri pemerintahan Pathet Lao
Untuk mencari dukungan dan bantuan keuangan guna membiayai perekonomian dalam negeri, penguasa baru Laos mengusahakan bantuan-bantuan dari luar negeri, baik melalui diplomasi tak langsung maupun langsung. Suatu kunjungan resmi PM Kaysone Phomvihan ke RRC berlangsung tanggal 15-24 Maret 1976. tanggal 16 Maret pejabat PM Hua Kuo-feng mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin Laos hendaknya berhati-hati terhadap Negara-negara besar yang disatu pihak mengatakan peredaan ketegangan tetapi di lain pihak meluaskan pengaruhnya dimana-mana. Kaysone Phomvihan megatakan bila RRC berpendapat bahwa Uni Soviet merupakan Negara paling berbahaya, maka pendapat itu keliru karena musuh Laos bukan Uni Soviet tetapi imperialis Amerika Serikat. Tanggal 18 Maret PM Kaysone dan pejabat PM Hua Kuo-feng menandatangani suatu perjanjian kerjasama ekonomi dan tknik, yang menetapkan RRC untuk terus memberikan pinjaman-pinjaman bebas bunga kepada Laos. Sebuah sumber dari Laos mengatakan bahwa RRC telah memberikan pinjaman baru untuk melanjutkan proyek-proyek pembangunan yang sedang berjalan termasuk jaringan jalan raya. PM Kaysone tiba di Moskwa pada tanggal 20 April 1976 utnuk suatu kunjungan resmi. PM Alexei Kosygin menyatakan bahwa salah satu tujuan politik luar negeri Uni Soviet adalah menjamin keamanan di Asia atas usaha-usaha bersama dengan Negara-negara dibenua tersebut. Kunjungan delegasi Laos tersebut akan mempererat hubungan dua Negara. Tanggal 21 April 1976 PM Kaysone mengadakan pembicaraan dengan PM Alexei Kosygin, Menteri Luar Negeri Andrei Greckho, Menteri Pertahanan Marsekal Andrei Gromyko, dan seorang anggota Polit Biro Partai Komunis Uni Soviet, Michail Suslov mengenai pengukuhan ikatan persahabatan kedua Negara. Di Moskwa tanggal 22 April 1976 ditandatangani tiga perjanjian yaitu: 1. Persetujuan Kerjasama Kebudayaan dan Ilmiah yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Andrei Gromyko dan Menteri Luar Negeri Phun Sipaset. 2. Perjanjian Perdagangan, Peredaran Perdagangan dan Pembayaran-pembayaran yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Luar Negeri Uni Soviet, Nikolai Patulichev dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Laos, Maisuk Sarempheng. 3. Sebuah pernyataan bersama yang isinya tidak diumumkan serta ditandatangani oleh PM Kaysone dan PM Alexei. PM Kaysone Phomvihane pada tanggal 4 September 1976 berangkat menuju ke Uni Soviet, Kuba, Honggaria, Rumania, Polandia, Cekoslowakia dan Bulgaria untuk suatu kunjungan persahabatan dan mempererat hubungan bilateral. Dalam komunikasi bersama di Havana pada tanggal 17 September 1976, Laos dan Kuba menyatakan bahwa: pasukan Amerika Serikat yang masih ada di Asia Tenggara agar segera ditarik dan seluruh pangkalan Amerika Serikat di wilayah itu agar segera dibongkar, pasukan asing agar ditarik dari Korea Selatan, usul bagi terciptanya wilayah damai di Samudra Hindia perlu didukung, kedua Negara menyampaikan rasa solidaritas kepada rakyat Namibia, Zimbabwe, dan Afrika Selatan, serta mendukung perjuangan Mozambik untuk mengakhiri rencana-rencana dan tindakan-tindakan agresif kaum imperialis dan rasialis, satu-satunya pemecahan adil dalam penyelesaian masalah Timur Tengah adalah penarikan seluruh tentara Israel dari wilayah-wilayah yang secara tidak sah merebut wilayah Palestina pada tahun 1967 dan melindungi hak-hak fundamental rakyat Palestina. kedua Negara mendukung perjuangan Negara-negara Non-blok. Kepala Kementerian Luar Negeri Laos, Soubanh Srithirat, menyatakan di Vientiane pada tanggal 21 April 1976 bahwa Laos membutuhkan bantuan dari semua Negara sahabat, terutama Prancis. Hubungan Laos dan Prancis akan segera diperbaiki, terutama yang menyangkut kerjasama ekonomi, kebudayaan, dan teknik. Sementara itu bantuan dari pemerintah Belanda yang berupa 32 ton obat-obatan, gula, dan mesin-mesin tiba di Vientiane pada tanggal 9 Januari 1976. Timbul berbagai problema lain yang harus dihadapi. Problema itu antara lain karena Laos tidak memiliki daerah pantai sebagai pelabuhan. Sebab jalur-lalulintas perekonomiannya melewati Muangthai. Kedua Negara ini saling berbatasan dan bersahabat sebelum Pathet Lao berkuasa di Laos. Tetapi hubungan ini semakin memburuk sejak Laos jatuh ketangan Komunis. Padahal Muangthai mengambil politik anti Komunis. Masalah lain yang dihadapi Laos adalah tidak dimilikinya tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman di berbagai bidang. Sebab semenjak Pathet Laoberkuasa banyak tenaga yang memiliki keahlian dan berpengalaman melarikan diri ke Muangtahi. Sehingga Laos kehilangan tenaga-tenaga yang potensial. Dalam situasi yang seperti itu, merupakan kesempatan yang sangat tepat bagi Vietnam untuk memperbesar pengaruhnya dengan jalan memberi bantuan. Pengaruh itu telah diteguhkan pada waktu PM Pham Van Dong, sekjen partai Komunis Vietnam Le Duan dan wakil menteri pertahanan Letjen Chu Huy Man, mengunjungi Vientiane. Pada tanggal 18 Juli 1979 telah ditandatangani Deklarasi Bersama yang berisi antara lain: 1. persetujuan militer, maksudnya Laos akan dibela oleh Vietnam dalam menghadapi ancaman dari luar. Ancaman dari luar ini ditujukan pada Muangthai. Konflik perbatasan antara kedua Negara ini menjadi semakin meningkat. Di Laos sendiri telah didatangkan pasukan Vietnam dalam jumlah besar yakni sekitar 50.000 orang. 2. persetujuan ekonomi. Hal ini dimaksudkan bahwa Laos mengekspor produksinya tidak lagi melalui Muangthai tetapi melalui pelabuhan Danang di Vietnam bagian Selatan, dan diangkut ke Danang melalui darat dengan segala peralatan yang cukup modern. Selain itu, delapan battalion tenaga pembangunan Vietnam Utara bersama sekitar 3.000 pemuda Laos sedang membangun sebuah jalan raya dari Laos Utara ke delta sungai Mekong dibawah petunjuk tenaga-tenaga teknisi Uni Soviet. Jalan raya sepanjang 330 km tersebut akan memanjang melewati lembah Tempayan sebuah daerah strategis.semua bahan bangunan didatangkkan dari Uni Soviet. 3. mengenai ASEAN. Kedua belah pihak baik Vietnam maupun Laos mengutuk keras usaha-usaha Amerika Serikat yang mempergunakan ASEAN untuk menentang arus kea rah kemerdekaan yang sejati, perdamaian serta kenetralan di kawasan Asia Tenggara. Vietnam dan Laos sepakat bahwa usaha-usaha yang dilakukan para penguasa Negara-negara anggota ASEAN guna memperkuat persekutuan militer bilateral dantara mereka dengan papan nama anti komunis, berarti akan mengubah ASEAN menjadi persekutuan militer secara de facto. Dengan demikian berarti akan melawan aspirasi rakyat yang menginginkan kemerdekaan sejati. Hal ini mengandung bahaya dan akan membuat Asia Tenggara dalam situasi yang tidak stabil, demikian menurut penilaian Negara-negara sosialis Indo-China. Pernyataan melalui deklarasi bersama antara Laos dan Vietnam itu jelas ingin mempengaruhi pendapat yang berkembang dalam konferensi puncak ASEAN di Kuala Lumpur pada bulan Agustus 1979. dalam kenyataan, secara materiil memang ada pengelompokan dua kekuatan di Asia Tenggara yakni ASEAN dan Negara-negara Indo-China yang dibentengi Vietnam. Vietnam tahu bahwa ASEAN akan membuat sejarah baru lagi di Kuala Lumpur dan akan mendapat perhatian besar dari dunia internasional. Oleh karena itu Vietnam telah membuat gerakan dan Isue-isue dengan suatu harapan agar dapar mempengaruhi pandangan internasional mengenai situasi Asia Tenggara yang tidak stabil ini dinilai akibat langkah Negara-negara ASEAN yang didukung oleh Negara-negara besar. Sehubungan dengan itu, maka ASEAN menilai perjanjian persahabatan dan kerjasama Vietnam-Laos pada tanggal 18 Juli 1979 itu tidak lain merupakan perjanjian militer dalam rangka melaksanakan prinsip komunisme yang ingin mengkomunismekan Negara-negara tetangga yang belum komunis. Sehingga kedudukan Muangthai dalam hal ini sangat terancam. Apalagi dengan berbagai pernyataan dengan Negara-negara lain bahwa Vietnam akan selalu mendukung setiap gerakan komunis di Asia Tenggara yang ingin memperoleh kemerdekaan sejati, perdamaian, dan kehidupan yang demokratis. Pernyataan ini memberikan kesan bahwa menurut pandangan Indo-China, Negara non- komunis di Asia Tenggara ini belum mencapai kemerdekaan yang sejati. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan aspirasi rakyat di masing-masing Negara. Vietnam menamakan Laos sebagai zone terdepan serta memendang dirinya sendiri sebagai benteng sosialisme dan perdamaian di Asia Tenggara. Hal ini sebagai suatu indicator bahwa ada semacam persiapan agresi terhadap Negara-negara tetangga. Kunjungan delegasi Vietnam ke Laos yang melahirkan persetujuan damai itu, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh rezim Hanoi di kawasan Indo-China. Tetapi bagi rezim Hanoi yang dibimbing oleh cita-cita Ho Chi Minh, tidak puas sampai di Laos. Kamboja masih merupakan masalah yang harus di selesaikan. Sebab Kamboja dibawah kekuasaan Khmer Merah menolak pengaruh Vietnam, bahkan keduanya memiliki orientasi berbeda.
Di bulan Maret 1991, Pada kongres ke lima dari Partai Rakyat Revolusioner, perubahan jangka panjang dari struktur ekonomi negara ini diputuskan. Seperti di Cina dan Vietnam, perusahaan-perusahaan swasta, persaingan pasar bebas dan penanam modal asing diijinkan, agar dapat mempercepat perkembangan ekonomi di negara ini. Bagaimanapun, sama seperti di China dan Vietnam, pemimpin politik tetap tidak diperbolehkan untuk membagi kekuasaan dalam sistem multi partai

















BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penemuan Batu dan Tengkorak ditemukan di utara Laos selama Sungai Mekong Laos-Belgia Lembah Survei Arkeologi 1998-1999, kesaksian adanya pemukiman ada Manusia dari sejak 40000 SM.
Pada tahun 1353, Setelah Laos diperintah oleh orang-orang Khmer dari Angkor kemudian dilanjutkan oleh bangsa Thailand dari Sukhothai, Pangeran Fa Ngoum menjadikan kerajaan Laos atau yang saat ini disebut "lane Xang", sebagai negara yang paling berkuasa. Perluasan wilayah Laos saat ini, besarnya sama dengan wilayah Thailand utara. Ibukota pertama negara Laos adalah Luang Prabang. Raja Fa Ngoum menjadikan ajaran Budha sebagai agama nasional.Pada abad ke 15, untuk sementara waktu orang Vietnam menduduki Kerajaan Lao dan Luang Prabang.Pada abad ke 16, Vieng Chan (Vientiane) dikembangkan sebagai ibukota yang sejajar dengan kerajaan Lao. Birma yang memiliki kekuatan paling dominan di Asia Tenggara di abad ke 16, memperluas pengaruh kekuataanya hingga ke daerah Vieng Chan. Namun di tahun 1563, Raja Setthathirat menjadikan Vieng Chan sebagai ibukota resmi Laos.Pada tahun 1575, Bangsa Birma menduduki Vieng Chan selama 7 tahun.Setelah kerajaan Lao berkembang sejajar menjadi 2 bagian yaitu di Luang Prabang dan Vieng Chan, mereka menyatukannya kembali di tahun 1591 dibawah pemerintahan Raja Nokeo Koumane.Pada tahun 1700, Laos terpecah menjadi 3 bagian kerajaan yaitu: Luang Prabang, Vieng Chan dan Champassak selatan.Setelah ibukota Siamese yaitu Ayutthaya baru saja ditaklukan dan dijarah oleh tentara Birma, di tahun 1767 Laos kembali jatuh dibawah pemerintahan orang Birma. Tetapi hanya beberapa tahun kemudian kerajaan Siam dengan ibukota barunya, yaitu Bangkok berkembang bertambah kuat sehingga Laos kembali patuh pada tuan besar Siam.
Pada tahun 1827, orang-orang Lao dibawah pimpinan pemberontak Raja Anou melawan orang-orang Siam, tetapi segera dapat ditaklukkan sehingga hal ini menyebabkan negara Laos menjadi hancur.
Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.
Pada tahun 1868, setelah menguasai Vietnam Selatan sebagai daerah jajahan dan mengembalikan Kamboja menjadi daerah perlindungan Perancis, Perancis mengirimkan sebuah ekspedisi awal ke Laos untuk menyelidiki rute perdagangan sungai Mekong ke Cina. Pada tahun 1886, Perancis mendapat izin dari Siam untuk memperluas pemerintahannya di Laos dengan menempatkan wakil konsulat di Luang Prabang. Di tahun 1887, Siam, mengantisipasi ekspansi bangsa Perancis dengan mengosongkan sebagian besar daerah Laos. Pada tahun 1893, Perancis menyatakan secara resmi daerah Mekong sebagai daerah perbatasan antara Laos dan Siam. Pada bulan September 1940, setelah Jerman menyerang Perancis di Eropa, pasukan Jepang menduduki Indocina tanpa perlawanan. Di Asia Timur, Perang dunia ke II berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945, ditandai dengan penyerahan negara Jepang. Kemudian, Perancis mencoba mendirikan kembali kekuatan kolonialnya di Kamboja, Vietnam dan Laos.Pada tanggal 1 September 1945, negara Laos menyatakan kemerdekaannya. Perancis tidak menerima hal tersebut, dan membalas dengan mengirim pasukannya ke Laos. Perang gerilya berawal ketika tentara Laos melawan kekuatan kolonial Perancis.
3.2 Saran
Dari makalah ini dapat dijadikan bahan tambahan pengetahuan bagi kita semua tentang sejarha yang terjadi di Laos.



DAFTAR PUSTAKA
Hall, D.G.E. tanpa tahun. Terjemahan I.P Soewasha. Sejarah Asia tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
Wapedia.2010.Islam di Laos.Al Kayyis Center_ Islam di Laos.htmd.htm.[diakses pada tanggal 2 Desember 2010].
Wapedia.2010.Laos.http://www.culturalprofiles.net/laos/directories/laos_cultural_profile/-1059.html[diakses pada tanggal 3 Desember 2010].
Wikipedia.2010.laos.http://www.huongviettravel.com/Laos/news/37/LaosHistory/172/booking.html[diakses pada 2 Desember 2010].

SEJARAH ASIA TENGGARA ( SEJARAH FILIPINA)

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.
Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.
Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.
Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat.
Filipina adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.
Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi.
Berdasar atas permasalah di atas maka penulis ingin mengulas lebih rinci tentang sejarah berdirinya Filipina, maka judul dari makalah ini adalah “Perjalanan Sejarah FILIPINA”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah rumusan permasalahannya adalahg sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah sejarah awal berdirinya Filipina pada pengaruh Hindu-Budha?
1.2.2 Bagaimanakah perkembangan sejarah Filipina dalam pengaruh Islam?
1.2.3 Bagaimanakah perkembangan sejarah Filipina dalam pengaruh imperialisme barat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah iniadalah sebgai berikut :
1.3.1 untuk mengetahui sejarah awal berdirinya Filipina pada pengaruh Hindhu-Budha,
1.3.2 untuk mengetahui perkembangan sejarah Filipina dalam Pengaruh Islam,
1.3.3 untuk mengetahui perkembangan sejarah Filipina dala pengaruh imperialisme barat.
Diharapkan dalam penulisan makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan terhadap perjalanan sejarah berdirinya Filipina.












BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Awal Filipina dalam Pengaruh Hindu-Budha
Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat. Filipina juga di kenal sebagai negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat. Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan- kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi. Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan- kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka. Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste



2.1 Sejarah Awal Sejarah awal Filipina adalah masa prasejarah di kepulauan Filipina. Pada masa prasejarah ini kepulauan Filipina dihuni oleh Manusia Tabon, orang-orang Negritos, orang-orang berbahasa Austronesia, dan Angono.
2.1.1 Manusia Tabon Manusi Tabon diperkirakan menghuni Pulau Palawan sekitar 20.000 sampai 24.000 tahun yang lalu. Penemuan tengkorak Manusia Tabon ditemukan oleh Dr. Robert B. Fox, seorang arkeolog asal Amerika yang bekerja untuk Museum Nasional Filipina. Dia menemukan fosil sisa-sisa manusia yang terdiri dari tengkorak, tulang rahang, dan gigi fragmen dari tiga orang di dalam kompleks gua-gua Tabon di bagian barat daya Pulau Palawan. Penemuan ini sangat penting dalam arkeolog Filipina. Manusia Tabon hidup di gua-gua dengan menggunakan alat-alat dan persenjataan dari zaman batu akhir. Logam berlimpah di daerah sekitar tetapi tidak dimasukkan dalam kebutuhan mereka. Bahasa lisan sudah dikembangkan pada masa itu, dan diyakini merupakan seni dan kebudayaan mereka. Para antropolog yang telah meneliti Manusia Tabon sepakat bahwa itu milik manusia modern, homo sapiens, yang dibedakan dari pertengahan Pleistosen homo erectus spesies. Hal ini menunjukkan bahwa Manusia Tabon Pra-Mongoloid (Mongoloid menjadi istilah antropolog berlaku untuk saham rasial yang memasuki Asia Tenggara selama Holosen dan diserap masyarakat sebelumnya untuk memproduksi modern malay, Indonesia, Filipina, dan "Pasifik" bangsa-bangsa).
2.1.2 Bangsa Negritos Kata-kata “Negritos” berasal dari orang-orang Spanyol atau Portugis, yaitu
orang kulit hitam kecil, mengacu pada mereka yang mempunyai postur tubuh kecil yang beranggapan bahwa mereka pendatang baru dari Afrika. Mereka mungkin keturunan dari pribumi penduduk dari daratan Sunda dan Papua/Irian, mendahului para Mongoloid orang yang kemudian masuk ke Asia Tenggara.
Negritos mempunyai beberapa ciri-ciri fisik yang sama dengan Afrika kerdil, termasuk perawakan pendek, rambut afro-tekstur, dan kulit gelap, namun asal mereka dan rute migrasi mereka ke Asia masih merupakan masalah spekulasi besar. Mereka adalah yang paling genetis, manusia jauh dari Afrika pada sebagian besar yang dipelajari sejauh ini Beberapa ilmuwan mengklaim mereka hanya sekelompok Australo-Melanesia yang telah mengalami pengerdilan pulau selama ribuan tahun, mengurangi asupan makanan mereka dalam rangka untuk mengatasi sumber daya terbatas dan beradaptasi dengan lingkungan hutan hujan tropis. Berbagai studi menunjukkan adanya hububungan DNA orang-orang Negritos yang berada di kepulauan Filipina genetic mereka hamper sama dengan orang asia di sekitarnya. Tetapi ada pendapat bahwa orang Negritos Filipina berasal dari Afrika Timur yang melakukan migrasi melalui pesisir Hindia kemudian sampai di Asia Tenggara.
2.1.3 Bahasa Austronesia Austronesia kelompok keturunan dari Dataran Tinggi Yunnan di Cina dan
menetap di tempat yang sekarang menjadi Filipina. Mereka berlayar atau melintasi jembatan tanah berasal. Sebagian besar Austronesian ini terutama menggunakan Filipina sebagai pit-stop ke pulau-pulau Pasifik terpencil atau ke kepulauan Indonesia lebih jauh ke selatan. Mereka yang tertinggal menjadi nenek moyang orang-orang Filipina. Lembah Cagayan di bagian utara Luzon berisi alat-alat batu sebagai bukti bagi para pemburu. Austronesian mendorong Negritos ke gunung, sementara mereka menduduki dataran pantai yang subur.
Teori jembatan tanah ini masih banyak kelemahan. Seorang ilmuwan Jerman yang mempelajari geologi Filipina, mempertanyakan validitas teori jembatan tanah. Dia menyatakan bahwa Filipina tidak pernah menjadi bagian dari daratan Asia. Ia mengklaim bahwa kepulauan Filipina itu muncul dari dasar laut, seperti kerak Pasifik yang tipis bergerak di bawahnya, terus meningkat. Kekerasan yang dihasilkan gempa bumi menyebabkan apa yang sekarang membentuk daratan Filipina untuk naik ke permukaan laut. Dr. Voss juga menunjukkan bahwa ketika studi ilmiah dilakukan pada kerak bumi 1964-1967, ditemukan bahwa 35-kilometer di bawah kulit tebal cina tidak sampai ke Filipina. Jadi, yang terakhir tidak bisa menjadi jembatan tanah daratan Asia. Masalah yang menjadi pemukim pertama itu belum benar-benar diselesaikan. Ini sedang diperdebatkan oleh para antropolog, serta Profesor H. Otley Beyer, yang mengklaim bahwa penduduk pertama Filipina berasal dari Semenanjung Malaya. Melayu sekarang merupakan bagian terbesar dari rakyat dan apa yang sekarang Filipina adalah Austronesia budaya. Sejarawan William Henry Scott telah menunjukkan bahwa Palawan dan Kepulauan Calamianes terpisah dari Kalimantan oleh air tempat lebih dari 100 meter, yang sebelah selatan garis ditarik antara Saigon dan Brunei tidak kedalaman Laut Cina Selatan tempat melebihi 100 meter, dan bahwa Selat Malaka mencapai 50 meter hanya pada satu titik. Scott juga menegaskan bahwa Kepulauan Sulu bukanlah puncak pegunungan yang terendam menghubungkan Mindanao dan Kalimantan, tetapi ujung yang terbuka tiga punggung bukit kecil yang dihasilkan oleh tektonik miring dari dasar laut dalam beberapa geologis kali. Menurut Scott, jelas bahwa Calamianes Palawan tidak berdiri di atas tanah terendam jembatan, tetapi sekali seperti tanduk bentuknya benjol di bahu sebuah benua yang pantai selatan dulu, sekarang pulau Jawa dan Kalimantan. Mindoro dan Calamianes dipisahkan oleh sebuah channel lebih dari 500 meter
2.2 Zaman Klasik Zaman klasik ini merupakan zaman pra kolonialisme bangsa barat. Pada zaman ini
meliputi kerajaan-kerajaan yang ada di kepulauan Filipina. 2.2.1 Negara Mai Bukti China Pada tahun 1225, seoarang cina bernama Chao Ju-kua, pengawas perdagangan maritim di Fukien provinsi menulis buku berjudul Chu Fan Chih dimana ia menggambarkan perdagangan dengan sebuah negara bernama Mai (diucapkan "Ma -yi ") yang merupakan negara Filipina prehispanic. Di dalamnya ia mengatakan: Negara Mai berada di utara Kalimantan. Tinggal di desa-desa di tepi sungai, menutupi dirinya dengan kain seperti seprai atau menyembunyikan tubuh mereka dengan kain pinggang. Ditemukan logam bergambar Buddha yang tidak diketahui asal datangnya, mungkin dari para pedagang yang berlabuh disana. Sedikit bajak laut mencapai pantai ini. Ketika kapal-kapal dagang masuk ke pelabuhan, mereka berhenti di depan alun-alun, karena alun-alun resmi negara adalah tempat untuk perdagangan dan sekali kapal terdaftar, mereka mencampur bersama-sama dengan bebas. Karena para pejabat setempat membuat kebiasaan menggunakan payung putih, para pedagang harus menunjukkan hadiah kepada mereka.
Metode bisnis bertransaksi adalah pedagang liar, datang dalam keramaian dan segera memindahkan barang dagangan ke dalam keranjang dan pergi dengan itu. Jika pada awalnya mereka tidak tahu siapa mereka, perlahan- lahan mereka mengetahui orang-orang yang menghilangkan barang sehingga pada akhirnya tidak ada yang benar-benar hilang. Pedagang liar kemudian mengambil barang-barang di sekitar pulau-pulau, yang lain untuk barter, dan umumnya tidak mulai datang kembali sampai September atau Oktober. Untuk kapal pedagang membayar dengan apa yang mereka miliki. Memang, ada beberapa yang tidak datang kembali saat itu, sehingga kapal- kapal pedagangan adalah terakhir untuk mencapai rumah dengan Mai.
Produk lokal lilin lebah, katun, benar mutiara, cangkang kura-kura, obat pinang dan Yuta kain. Para pedagang menggunakan hal-hal seperti porselin, perdagangan emas, pot besi, timah hitam, manik-manik kaca berwarna jarum, dan besi dalam pertukaran.
Dalam makalah ini kami tidak menemukn sumber-sumber mengenai Negara Mai. Hanya dari berita China saja yang ada dan itu hanya mencakup dari segi ekonomi saja. Sehingga dalam pembahasan Negara Mai ini banyak mengalami kekurangan.
2.2.2 Kerajaan Tondo Tondo adalah kerajaan yang terletak di Teluk Manila daerah, khususnya di
sebelah utara sungai Pasig, di Pulau Luzon. Nama Tondo juga disebut Tundo, Tundun, dan Tundok. Awalnya sebuah kerajaan Indianized di abad ke-10. Bukti-bukti yang mengungkapkan adanya Tondo adalah catatan sejarah tertua yaitu Keping Tembaga Laguna. Dokumen ini, ditulis dalam bahasa Kawi, tertanggal tahun 822 atau tahun 900 Masehi. Dokukem ini berisikan tentang hukum, dokumen itu semacam tanda terima yang
mengakui bahwa pria bernama Namwaran telah dibersihkan dari hutang kepada kepala Tondo. Sejarah Kuno Tondo berikutnya bersumber dari Dinasti Ming, dikatan tentang kedatangan seorang utusan dari Luzon ke Dinasti Ming, sekitar tahun 1373 Masehi Masehi. Penguasa Tondo yang diakui tidak hanya sebagai kepala suku, tetapi sebagai raja. Dengan ini Tondo membuka perdagangan yang lebih besar ke Cina dengan bangsa- bangsa kepulauan Filipina .
Bangkitnya dinasti Ming dengan kedatangan orang-orang pemukim Cina pertama di Filipina. Mereka diterima dengan baik dan hidup bersama secara harmonis dengan penduduk lokal yang ada dan akhirnya kawin campur dengan penduduk lokal.
Kerajaan Tondo di Luzon menjadi pusat dimana barang-barang yang diperdagangkan cina di seluruh Asia Tenggara. Perdagangan Cina begitu ketat, pedagang Luzon yang membawa barang-barang dianggap sebagai "orang cina" oleh orang-orang yang mereka temui.
Kehadiran yang kuat dalam perdagangan barang-barang Cina di Asia Timur abad ke-16 juga terasa oleh Jepang. Kekaisaran Ming memperlakukan pedagang Luzon lebih memudahkannya dari pada pedagang Jepang dengan membiarkan pedagang Luzon untuk berdagang dengan Cina sekali dalam dua tahun, sementara Jepang hanya diperbolehkan melakukan perdagangan sekali setiap 10 tahun. Pedagang Jepang sering melakukan pembajakan dalam rangka untuk memperoleh banyak produk Cina seperti sutra dan porselen. Terdapat sumber dari kerajaan Brunei pada masa pemerintahan Bolkiah (1485-1521). Kerajaan Brunei memutuskan untuk memecahkan monopoli Tondo dalam perdagangan Cina dengan menyerang Tondo dan mendirikan negara kota sebagai Bruneian Seludong satelit.
2.2.3 Konfederasi Madyaas Asal mula konfederasi Madyaas Menurut cerita lisan masyarakat lokal dan buku berjudul Maragtas. Di awal abad ketiga belas, datu Sumakwel, Bangkaya, Paiburong, Paduhinog, Dumangsol, Dumangsil, Dumaluglog, Balkasusa, dan Lubay yang dipimpin oleh Datu Puti dan pengikut mereka, melarikan diri ke laut dan berlayar ke utara untuk melarikan diri dari kekuasaan yang menindas Rajah Makatunaw. Sampailah mereka di Pulau Panay. Mereka langsung menetap di Aklan dan membuat perjanjian perdagangan dengan orang Negrito yang bernama Marikudo dan istrinya Maniwantiwan, mereka ingin membeli tanah dengan emas. Orang Negritos pindah ke gunung, sementara para pendatang baru menempati pantai. Datuk Bangkaya kemudian mendirikan sebuah pemukiman di Madyanos, sedangkan Datu Paiburog mendirikan desa di Irong-irong (Yang sekarang kota Iloilo), sedangkan Datu Sumakwel dan orang-orangnya menyeberangi pegunungan Madyaas ke Hamtik mereka mendirikan desa Malandong. Datu Puti, meninggalkan mereka untuk eksplorasi ke utara, setelah memastikan keselamatan pengikutnya. Dia ditunjuk Datu Sumakwel, menjadi yang pertama sebagai komandan sebelum ia pergi. Pada tahun 1213, Datu Sumakwel dipanggil pada sebuah dewan dari datus untuk merencanakan pertahanan umum dan sistem pemerintahan. Enam artikel diadopsi dan dijadikan undang-undang, yang kemudian dikenal sebagai Konfederasi Madyaas.
Konfederasi menciptakan tiga divisi politik, yaitu sistem pemerintahan, penegakan hak-hak individu, dan menyediakan sistim keadilan. konfederasi mencapai puncaknya pada abad ke-15 di bawah kepemimpinan Datuk Padojinog ketika berperang melawan Kekaisaran Cina.
2.2.4 Kerajaan Maynila Kerajaan Seludong atau Saludung, setelah kolonisasi berubah nama menjadi Manila, ibukota Filipina, adalah salah satu dari tiga negara-kota besar yang mendominasi daerah di sekitar bagian atas dari Sungai Pasig sebelum kedatangan penjajah Spanyol pada 1500-an. Karena kehadiran tanaman yang disebut "nila" (Scyphiphora hydrophyllacea), kota baru ini akhirnya dinamakan "Mei-nila," yang transliterates sebagai "Ada nila (di sini)". Maynila juga kadang-kadang disebut Maynilad karena nila secara populer disebut sebagai nilad oleh orang-orang tidak akrab dengan tanaman Selama masa pemerintahan Sultan Bolkiah (1485-1521) Kerajaan Brunei memutuskan untuk memecahkan monopoli Tondo dalam perdagangan Cina dengan menyerang Tondo dan mendirikan negara kota sebagai Bruneian Seludong satelit. Ini diriwayatkan melalui Tausug, dimana nama-nama Seludong, Saludong atau Selurong digunakan untuk menunjukkan Manila sebelum penjajahan. Kerajaan Maynila merupakan bekas dari kerajaan Tondo seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas.
. 2.2.5 kerajaan Namayan Kerajaan kuno Namayan, ada yang mnyebut sebagai Kerajaan Sapa,
Maysapan atau Nasapan, Namayan merupakan satu dari tiga kerajaan utama yang mendominasi daerah di sekitar bagian atas dari Sungai Pasig dan pantai Laguna danau di Filipina sebelum kedatangan penjajah Spanyol pada 1500-an.
Namayan dikatakan tertua dari tiga kerajaan, sebelum mengenal dengan Kerajaan Tondo dan Kerajaan Maynila. Dibentuk oleh suatu konfederasi dari barangay, Selain itu, administrasi dan catatan politik Spanyol Manila menunjukkan bahwa permukiman ini disebutkan sebagai wilayah Kerajaan Namayan tercatat pada tahun 1578 sebagai bagian dan Visitas dari Sta. Ana de Sapa.
Ibukota, Namayan, yang kemudian disebut Maysapan, dan kemudian Santa Ana de Sapa, dan dikenal saat ini hanya sebagai Santa Ana, sebuah distrik di Kota Manila.
2.2.6 Kerajaan Butuan Kerajaan Butuan adalah kerajaan kuno di selatan Filipina berpusat di Mindanao kota Butuan. Kerajaan Butuan dikenal dengan pertambangan emas, produk emas dan jaringan perdagangan yang luas di seluruh daerah Nusantara. Kerajaan memiliki hubungan perdagangan dengan peradaban kuno Cina, India, Indonesia, Persia, Kamboja dan daerah yang sekarang bernama Thailand.
Balangay (perahu cadik besar) yang telah ditemukan di sepanjang timur dan barat tepi sungai Libertad telah mengungkapkan banyak tentang sejarah Butuan. Akibatnya Butuan dianggap sebagai pelabuhan dagang utama di Caraga wilayah selama era pra-kolonial.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Butuan mempunyai kontak hubungan dengan dinasti Song dari Cina sekitar tahun 1001 Masehi. Cina mencatat pada misi istana Cina penampilan pertama dari anak sungai Butuan pada 17 Maret 1001 Masehi dan itu dijelaskan Butuan (P'u-tuan) sebagai negara Hindu kecil dengan Monarki Buddha di laut yang telah biasa berhubungan dengan Kerajaan Champa dan sesekali kontak dengan Cina di bawah Raja bernama Kiling.
Penguasa baru dengan nama Indianized Sri Bata shaja kemudian berhasil dalam mencapai kesetaraan diplomatik dengan Champa dengan mengirimkan duta besar.
2.2.7 Kerajaan Cebu Kerajaan Cebu adalah negara Philipina klasik yang ada di Pulau Cebu sebelum kedatangan bangsa Spanyol. Kerajaan ini didirikan oleh Sri Lumay atau Rajamuda Lumaya, pangeran kecil dari dinasti Chola yang menduduki Sumatra. Ia dikirim oleh maharaja untuk membangun basis bagi pasukan penjelajah tapi ia memberontak dan mendirikan kerajaan independen sendiri.
Menurut cerita rakyat Visayan, ia berasal dari sebuah keluarga kerajaan pribumi yang mempraktikkan agama Hindu yang berkuasa di Cebu. Sri Lumay, adalah penduduk asli dari Sumatra, yang menetap di Visayas, dan memiliki beberapa anak laki- laki. Salah satu anaknya Sri Alho, yang memerintah sebuah negeri yang dikenal sebagai Sialo sekrang bernama kota Carcar dan Santander di wilayah selatan Cebu. Sri Ukob memerintah sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Nahalin di utara yang sekarang merupakan kota Consolación, Liloan, Compostela, Danao, Carmen dan Bantayan. Ia meninggal dalam pertempuran dengan kelompok yang dikenal sebagai suku magalos dari Mindanao. Putra bungsunya adalah Sri Bantug yang memerintah sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Singhapala, di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Cebu City, iya meninggal karena penyakit dan digantikan oleh putranya Sri Hamabar, juga dikenal sebagai Rajah Humabon. Sri Bantug punya saudara bernama Sri Parang, tapi tidak bisa memerintah kerajaannya karena cacat. Parang menyerahkan tahta kepada keponakannya yang bernama Humabon dan menjadi Raja Cebu. Sri Parang, juga memiliki anak laki-laki muda, Sri Tupas. Rajah Humabon yang menggantikan raja dari Cebu.
2.2.8 Awal masuknya Islam dan Kerajaan Maguindanao Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera-negara Islam tertindas. Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merukan salah satu kelompok ninoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao. Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah dan latar belakang Islam di negeri Filipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini. Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baginda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj, Fathul Qareeb, Taqreebul Intifa dan Mir’atul-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen.
2.2.9 Kesultanan Sulu Kesultanan Sulu adalah negara muslim yang memerintah atas banyak pulau- pulau di Laut Sulu, di bagian selatan Filipina. Kesultanan didirikan pada 1450, namun sumber lain ada yang mengatakan seblumnya. Sejarawan muslim percaya bahwa Kesultanan Sulu sudah ada berabad-abad sebelumnya di zaman Raja Ali Baginda. Pada abad ke-13, Minangkabau orang-orang mulai membuat koloni di sepanjang pantai barat pulau Sumatera, dari Meulaboh sampai Bengkulu, sedangkan Minangkabau sebagai pedagang rempah-rempah di Aceh. Di Aceh, mereka dikenal sebagai Aneuk Jamee. Raja Baginda migrasi ke selatan Filipina dan mendirikan Kesultanan Sulu pada 1390. Sumber lain mengklaim bahwa selama 1450, Shari'ful Hashem Syed Abu Bakr, seorang Arab lahir di Johor, tiba di Sulu dari Malaka. Pada 1457, ia mendirikan Kesultanan Sulu; ia kemudian mengganti namanya menjadi "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr", menghiasi namanya dengan tidak kurang dari lima kali berturut-turut hormat judul: "Paduka" adalah istilah lokal untuk "Master", " Maulana "adalah akar kata bahasa Arab, artinya sama," Mahasari "singkatan dari" Yang Mulia "," syarif "adalah kata Arab untuk" penguasa setempat "," Sultan "adalah kata Arab untuk penguasa atau pangeran. Kesultanan Sulu terdiri atas wilayh yang membentang di pulau-pulau yang berbatasan dengan timur semenanjung Mindanao, pada saat ini Malaysia bagian Sabah (sebelumnya Borneo Utara) di sebelah barat dan selatan, dan untuk Palawan di utara.
Sejarah Filipina dipercaya telah dimulai dengan kedatangan manusia pertama lewat jembatan darat paling tidak 30.000 tahun yang lalu[1] Kedatangan pertama orang-orang Barat yang tercatat adalah kedatangan Ferdinand Magellan di Pulau Homonhon, di tenggara Samar pada 16 Maret 1521[2]
Sebelum kedatangan Magellan, terdapat suku-suku Negrito yang menjelajahi pulau-pulau Filipina, namun mereka kemudian digantikan oleh orang-orang Austronesia. Kelompok-kelompok tersebut dapat digolongkan menjadi suku pemburu dan peramu, masyarakat kesatria, plutokrasi kecil, dan kerajaan maritim, yang kemudian tumbuh menjadi kerajaan, konfederasi dan kesultanan. Negara-negara prakolonial itu contohnya kerajaan Butuan, Cebu, Tondo, Maysapan, Maynila, konfederasi Madyaas, Negeri Mai, dan kesultanan Sulu serta Maguindanao. Negara-negara kecil ini berkembang paling tidak sejak abad ke-10. Meskipun kerajaan-kerajaan ini mencapai tatanan politik dan sosial yang rumit, serta melakukan perdagangan dengan daerah-daerah yang sekarang menjadi Cina, India, Jepang, Thailand, Vietnam dan Indonesia, tidak ada yang berhasil menyatukan kepulauan yang sekarang menjadi Filipina di abad ke-20.


Gambar yang menunjukkan bangsawan lama Filipina. Kiri adalah jenderal dari kerajaan Butuan, dan kanan adalah putri dari kerajaan Tondo

2.2 Filipina dalam Pengaruh Islam
.4 Sejarah Islam Di Filipina Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Asia tengagara adalah sebutan untuk wialyah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepulauan yang banyak serta terlingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Melihat sejarah masa lalu, terlihat bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama. Taufiq
Abdullah menulis dalam bukunya renaisans Islam di asia tenggara, bahwa kawasan
asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas pengaruh yang diterima wilayah tersebut yaitu :
wilayah Indianized southeast asia, Asia Tenggara yang dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha. Sinized Eas Asia,suatu wilayah yang mendapatkan pengaruh dari China, adalah Vietnam Wilayah Asia Tenggara yang di Spanyolkan atau Hispanized South East Asia, yaitu Filipina.
Ketiga pembagian tersebut seolah meniadakan pengaruh Islam yang begitu besar di Asia tenggara, khususnya Philipina. Seperti tertulis bahwa Philipina termasuk negara yang terpengaruhi oleh spanyol. Hal itu benar adanya, akan tetapi pranata kehidupan di Philipina juga terpengaruhi oleh Islam pada masa penjajahan Amerika dan Spanyol. Sedikit makalah dibawah ini akan menyingkap dengan singkat tentang sejarah masuknya Islam di Philipina. 2.4.1 Sejarah masuknya Islam di Filipina Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas. Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merupakan salah satu kelompok minoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitik demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao. Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baginda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan
Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu- Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen. Secara umum, gambaran Islam masuk di Philiphina melalui beberapa fase, dari penjajahan sampai masa modern. Penyebaran Islam di Sulu dan Mindanao diyakini berasal dari para pedagang, guru-guru dan sufi keturunan Arab yang berlayar hingga ke Sulu dan Mindanao. Hampir sama dengan model penyebaran Islam di Indonesia. Mereka kemudian mengislamkan dan menikahi penduduk setempat. Masjid pertama di Filipina tercatat berada di Tubig-Indangan di Pulau Simunul. Didirikan oleh Makhdum Karim alias Sharif Awliya , keturunan Arab, sekitar tahun 1380. Berikutnya para musafir keturunan Arab secara berturut-turut membangun Kesultanan Sulu pada 1390, dan Kesultanan Maguindanao dan Buayan pada akhir abad ke-15. Kesultanan Makassar dan Ternate pada masa silam turut memainkan peranan penting di Mindanao. Ketika Gubernur Spanyol Corcuera menyerbu Sulu pada 1638, Rajah Bongsu, Sultan Sulu, mendapat bantuan dari para prajurit Makassar. Sementara itu, Kesultanan Ternate kerap membantu Sultan Buisan di Maguindanao dalam perangnya melawan penjajah Spanyol Sampai kini masih cukup banyak keturunan Indonesia yang tinggal di Mindanao. Namun kini lebih banyak berasal dari Sulawesi Utara, utamanya Kepulauan Sangir Talaud dan Miangas (Pulau Miangas adalah pulau terluar Indonesia yang berjarak sangat dekat dengan Mindanao, dan sebaliknya amat jauh dari Manado, ibu kota Sulawesi Utara). “Saat ini ada sekitar 8.000 orang Indonesia yang masih berkewarganegaraan Indonesia di Mindanao. Belum lagi mereka yang tak terdaftar dan mereka yang telah berkewarganegaraan Filipina,” ujar Bernard Loesi, konsul Indonesia di Konsulat Jenderal RI di Davao City. Tak hanya menyebarkan Islam di Mindanao, pergerakan Islam kemudian melaju ke utara, merambah area Visayan, yaitu Cebu, Mactan, kemudian Palawan, hingga Luzon, pulau tempat metropolitan Manila. Disinyalir, metropolitan Manila pada abad ke-16 berada di bawah kekuasaan raja muslim, yaitu Rajah Sulaiman Mahmud. Sama halnya dengan daerah Tondo, Cebu, dan Mactan di Visayan. Datangnya penjajah Spanyol pada tahun 1521 mengubah semuanya. Perluasan dakwah Islam dari selatan (Mindanao dan Sulu) terhambat, dan pertempuran terjadi di banyak tempat selama tiga abad lebih kekuasaan kolonial Spanyol. Perang dengan Spanyol baru mereda pada tahun 1898, saat beralihnya kekuasaan negeri Filipina dari Spanyol ke Amerika Serikat melalui Perjanjian Paris 10 December 1898.

2.3 Filipina dalam Pengaruh Imperialisme Barat
.5 Masa Kolonial Spanyol
Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16 Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik “ekspedisi ilmiah” Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati- matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M). Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin. walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai “Moor” (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang- orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”. Dari sinilah kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang-orang kristen Filipina terhadap Bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Sejarah mencatat, orang Islam pertama yang masuk Kristen akibat politik yang dijalankan kolonial Spanyol ini adalah istri Raja Humabon dari pulau Cebu. Masa Imperialisme Amerika Serikat
2.6 Masa Imperialisme Amerika Serikat
Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Secara tidak sah dan tak bermoral, Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta pada tahun 1898 M melalui Traktat Paris. Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Teofisto Guingona, Sr. mencatat antara tahun 1914-1920 rata-rata terjadi 19 kali pertempuran. Tahun 1921-1923, terjadi 21 kali pertempuran. Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, Amerika Serikat ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka.
Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian. 2.6.1 Masa Peralihan Masa pra-kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina di Utara. Untuk menggabungkan ekonomi Moroland ke dalam sistem kapitalis, diberlakukanlah hukum-hukum tanah warisan jajahan AS yang sangat kapitalistis seperti Land Registration Act No. 496 (November 1902) yang menyatakan keharusan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis, ditandatangani dan di bawah sumpah. Kemudian Philippine Commission Act No. 718 (4 April 1903) yang menyatakan hibah tanah dari para Sultan, Datu, atau kepala Suku Non-Kristen sebagai tidak sah, jika dilakukan tanpa ada wewenang atau izin dari pemerintah. Demikian juga Public Land Act No. 296 (7 Oktober 1903) yang menyatakan semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act No. 496 sebagai tanah negara, The Mining Law of 1905 yang menyatakan semua tanah negara di Filipina sebagai tanah yang bebas, terbuka untuk eksplorasi, pemilikan dan pembelian oleh WN Filipina dan AS, serta Cadastral Act of 1907 yang membolehkan penduduk setempat (Filipina) yang berpendidikan, dan para spekulan tanah Amerika, yang lebih paham dengan urusan birokrasi, untuk melegalisasi klaim-klaim atas tanah. Pada intinya ketentuan tentang hukum tanah ini merupakan legalisasi penyitaan tanah- tanah kaum Muslimin (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah kolonial AS dan pemerintah Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis. Pemberlakukan Quino-Recto Colonialization Act No. 4197 pada 12 Februari 1935 menandai upaya pemerintah Filipina yang lebih agresif untuk membuka tanah dan menjajah Mindanao. Pemerintah mula-mula berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, sebelum membangun koloni-koloni pertanian yang baru. NLSA – National Land Settlement Administration – didirikan berdasarkan Act No. 441 pada 1939. Di bawah NLSA, tiga pemukiman besar yang menampung ribuan pemukim dari Utara dibangun di propinsi Cotabato Lama. Bahkan seorang senator Manuel L. Quezon pada 1936-1944 gigih mengkampanyekan program pemukiman besar-besaran orang-orang Utara dengan tujuan untuk menghancurkan keragaman (homogenity) dan keunggulan jumlah Bangsa Moro di Mindanao serta berusaha mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Filipina secara umum. Kepemilikan tanah yang begitu mudah dan mendapat legalisasi dari pemerintah tersebut mendorong migrasi dan pemukiman besar-besaran orang-orang Utara ke Mindanao. Banyak pemukim yang datang, seperti di Kidapawan, Manguindanao, mengakui bahwa motif utama kedatangan mereka ke Mindanao adalah untuk mendapatkan tanah. Untuk menarik banyak pemukim dari utara ke Mindanao, pemerintah membangun koloni-koloni yang disubsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang diperlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini diteruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga perlahan tapi pasti orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah mereka.
2.6.2 Masa Pasca Kemerdekaan hingga Sekarang Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946 M) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada saat yang sama juga sebagai masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara keseluruhan. Pada awal kemerdekaan, pemerintah Filipina disibukkan dengan pemberontakan kaum komunis Hukbalahab dan Hukbong Bayan Laban Sa Hapon. Sehingga tekanan terhadap perlawanan Bangsa Moro dikurangi. Gerombolan komunis Hukbalahab ini awalnya merupakan gerakan rakyat anti penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah, mereka mengarahkan perlawanannya ke pemerintah Filipina. Pemberontakan ini baru bisa diatasi di masa Ramon Magsaysay, menteri pertahanan pada masa pemerintahan Eipidio Qurino (1948-1953). Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986). Dibandingkan dengan masa pemerintahan semua presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel Ramos maka masa pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa pemerintahan paling represif bagi Bangsa Moro. Pembentukan Muslim Independent Movement (MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada 1971 tak bisa dilepaskan dari sikap politik Marcos yang lebih dikenal dengan Presidential Proclamation No. 1081 itu. Perkembangan berikutnya kita semua tahu. MLF sebagai induk perjuangan Bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National Liberation Front (MNLF) pimpinan Nurulhaj Misuari yang berideologikan nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hashim, seorang ulama pejuang, yang murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993). Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam menghadapi Bangsa Moro. Ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Nur Misuari (ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah memasuki 2 dasawarsa itu. Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF). Semua pihak memandang caranyalah yang paling tepat dan efektif. Namun agaknya Ramos telah memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko. “Semua orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak,” katanya. Dan jadilah bangsa Moro seperti saat ini, minoritas di negeri sendiri.
Mindanao, penjajah Spanyol juga menciptakan istilah Philippines. Pada pertengahan abad ke -16 rombongan ekspedisi Spanyol mendarat di Sarangani Mindanao Selatan dan mencoba untuk membangun pemukiman baru. Namun di daerah baru tersebut mereka berbenturan dengan kemiskinan Bangsamoro sehingga rombongan berbalik pulang. Dalam perjalanan pulang ketika melewati gugus kepulauan Samar-Leyte, Bernardo de la Torre, salah seorang kru kapal, memberikan nama kepulauan tersebut sebagai Filipinas, ntuk menghormati Philip, putra mahkota kerajaan Spanyol ketika itu (di kemudian hari menjadi Raja Philip II). Ketika Amerika Serikat menjajah Filipinas, nama tersebut kemudian di-Inggris-kan menjadi Philippines, sampai saat ini. Apabila Philippines adalah nama negara, maka Filipino adalah sebutan untuk Spaniards yang lahir di Philippines. Namun sejak tahun 1898 istilah Filipino dikenakan juga untuk warga pribumi demi menggalang dukungan warga pribumi dalam melawan Amerika Serikat. Belakangan, istilah Filipino ini kemudian mendapatkan ‘nickname’ baru yaitu Pinoy (untuk kaum Pria Filipino) dan Pinay (untuk kaum wanita Filipino) Warga pribumi Philippines non Moro sebelum 1898 disebut sebagai Indios. Makna “Indios” adalah ‘native” ataupun “pribumi”. Istilah diskriminatif ala Spaniards kepada penduduk asli Philippina yang bermakna ras yang lebih rendah, primitif dan intelejensia terbatas. Sebenarnya, Indios secara antropologis adalah juga termasuk ras Indo-Malayan sama seperti Bangsamoro. Hanya saja mereka tidak memeluk Islam maka lebih kental dengan sebutan Indios. Sebaliknya, Bangsamoro tetaplah Bangsamoro hingga kini. Roh Islam Melayu jauh lebih dominan daripada Indios apalagi Spaniards. Secara ras, Bangsamoro adalah ras Indo-Malayan. Ciri-ciri fisiknya amat serupa dengan Indo Malayan lain yang kini bermukim di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand Selatan. Secara etnolinguistik, semua dialek pribumi Moro, dan juga Luzon serta Visayas, adalah berhubungan dan memiliki akar yang sama dengan bahasa di rumpun Austronesian/ Malayo Polynesian. Tak heran, kita mudah menemukan banyak kata- kata yang sama antara bahasa Bangsamoro dengan bahasa Indonesia, Melayu- Sumatra, bahkan bahasa Jawa, ataupun Sunda. Kata-kata seperti Tuhan, Raja, bichara, orangkaya, sultan, memiliki makna yang hampir sama dengan kata-kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Secara afialiasi keagamaan, hampir seratus persen penduduk Bangsamoro adalah beragama Islam. Dengan model keislaman yang kurang lebih sama dengan penduduk Asia Tenggara yang lain. Perjuangan menuju kemerdekaan masih berlangsung hingga kini. Berturut- turut lahir Moro National Liberation Front (MNLF) pada akhir tahun 1960-an pimpinan Nur Misuari dan Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hasyim (wafat pada 2003) pada tahun 1981. Lahirnya MILF adalah respon dari ketidakpuasan terhadap MNLF yang dianggap kurang tegas dalam memperjuangkan hak-hak Bangsamoro dan terlalu akomodatif dengan pemerintah Philippina. Belakangan, pada awal 1990-an, lahir Abu Sayyaf Group (ASG) yang dipimpin Abdulrajak Janjalani. Namun yang terakhir ini lebih cocok disebut sebagai organisasi ‘teroris’(ASG digolongkan sebagai foreign terrorist organization oleh pemerintah AS), karena disinyalir kerap menebar teror di Philippina. Juga, baik MNLF maupun MILF menolak memiliki keterkaitan dengan aktivitas Abu Sayyaf Group. Keberadaan segelintir pihak yang menempuh jalan radikal ini pada akhirnya amat merugikan Bangsamoro. Terjadi generalisasi dan stigmatisasi bahwa Bangsamoro identik dengan teroris. Negosiasi Bangsamoro dan pemerintah Philippina untuk merumuskan wujud hak menentukan nasib sendiri ini berlangsung berpuluh tahun. Libya, Indonesia dan Malaysia adalah di antara negara-negara OKI (organisasi konferensi Islam) yang rajin memfasilitasi perundingan ini. Pencapaian terakhir Bangsamoro dalam ikhtiar menuju kemerdekaan ini adalah dicapainya status otonomi khusus dengan nama ARMM (Autonomous Region of Muslim Mindanao) pada 1 Agustus 1989, buah perjanjian antara pemerintah Philippina dan MNLF. Saat ini ARMM terdiri atas enam propinsi yaitu tiga di daratan Mindanao (Maguindanao, Lanao del Sur, Shariff Kabunsuan) dan tiga di kepulauan Sulu (Sulu, Basilan, dan Tawi-Tawi). Jumlah penduduk di enam propinsi mayoritas muslim tersebut mencapai hampir tiga juta jiwa. Disamping ARMM, bentuk akomodasi lain terhadap Bangsamoro oleh pemerintah Philippina adalah pemberlakuan Code of Muslim Personal Laws of the Philippines pada tahun 1977 yang mengatur urusan hukum keluarga (perkawinan, perceraian, kewarisan) masyarakat muslim Philippine. Selanjutnya, beberapa mahkamah syari’ah dibentuk dan hakim-hakim syari’ah ditunjuk . Di bidang ekonomi Islam, Philippine Amanah Bank, yang beroperasi di kalangan muslim, dibentuk pada tahun 1974 oleh mantan Presiden Ferdinand Marcos.



Penjajahan dan pemukiman Spanyol dimulai dengan kedatangan ekspedisi Miguel López de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu,[3] danlebih banyak lagi pemukiman ke utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571.[4] Di Manila, mereka mendirikan kota baru dan dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari tiga abad.[5]
Pemerintahan Spanyol berusaha mencapai penyatuan politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan dan komunitas merdeka, namun tidak berhasil. Penyatuan Filipina baru berhasil pada abad ke-20. Spanyol memperkenalkan percetakan versi Eropa Barat, dan kalender Gregorian, dan juga cacar, penyakit kelamin, lepra, perang dengan senjata api. [6]Hindia Timur Spanyol diperintah dan diadministrasi sebagai bagian Kerajamudaan Spanyol Baru dari Meksiko dari 1565 sampai 1821, dan diadministrasi langsung dari Madrid dari tahun 1821 sampai akhir Perang Spanyol-Amerika di tahun 1898, kecuali pada selang singkat pendudukan Britania di Filipina (1762-1764). Orang-orang Cina, Britania, Portugis, Belanda, Jepang dan pedagang pribumi mengeluh bahwa Spanyol menekan perdagangan dengan pemberlakuan monopoli Spanyol. Misionaris Spanyol mencoba mengkristenkan penduduk dan umumnya sukses di dataran rendah utara dan tengah, pada akhirnya. Mereka mendirikan sekolah, universitas, dan rumah sakit, terutama di Manila dan pemukiman benteng-benteng Spanyol.
Revolusi Filipina melawan Spanyol dimulai pada April 1896, yang berpuncak di dua tahun kemudian dengan proklamasi kemerdekaan dan pendirian Republik Pertama Filipina. Namun Traktat Paris, pada akhir perang Spanyol-Amerika, memindahkan kendali atas Filipina kepada Amerika Serikat. Perjanjian ini tidak diakui oleh pemerintah Filipina, yang pada 2 Juni 1899, menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. [7] Perang Filipina-Amerika yang kemudian terjadi berakibat korban dalam jumlah besar. [8] Presiden Filipina Emilio Aguinaldo ditangkap pada tahun 1901 dan pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan konflik berakhir secara resmi pada tahun 1902. Para pemimpin Filipina pada umumnya menerima bahwa AS telah menang, namun permusuhan terus berlanjut dan baru mulai berkurang tahun 1913. Pemerintahan kolonial AS dimulai tahun 1905 dengan otonomi lokal sangat terbatas. Otonomi parsial (status persemakmuran) diberikan pada tahun 1935, dengan kemerdekaan penuh dari AS direncanakan pada tahun 1946. Persiapan untuk negara yang berdaulat sepenuhnya diinterupsi oleh pendudukan Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. [4]
Dengan ekonomi yang menjanjikan pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, Filipina pada akhir 1960-an dan awal 1970-an mengalami kebangkitan aktivisme mahasiswa dan pergerakan sipil terhadap kediktatoran Presiden Ferdinand Marcos yang memberlakukan hukum militer pada tahun 1972.[4] Karena ikatan yang dekat antara AS dan Presiden Marcos, pemerintah AS terus mendukung Marcos meskipun pemerintahannya dikenal sangat korup dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara meluas. Namun revolusi "People Power" pada tahun 1986 telah memakzulkan Marcos dan membawa kembali demokrasi di negara tersebut. Periode setelah itu ditandai oleh ketidakstabilan politik dan terganggunya produktivitas ekonomi
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan Sejarah bangsa Filipina dimulai dari penduduk asal yaitu Manusia Tabon, dimana Manusia Tabon ini adalah manusia tertua dalam sejarah Filipina. Tidak hanya Manusia Tabon saja yang menghuni di Filipina, terdapat bangsa Negritos yang mana bangsa ini masih diperdebatkan asal-muasalnya. Bangsa Negritos mungkin adalah orang- oang Afrika Timur yang melakukan migrasi melalui pesisir Hindia yang kemudian sampai di Asia Tenggara, atau bangsa ini merupakan keturunan Austro-Malenisia yang mengalami pengerdilan selama ribuan tahun akibat penguran makanan guna mnghemat sumber daya yang terbatas dan bertahan pada kondisi alan hutan hujan tropis. Selain itu terdapat manusia pendatang yang berbahasa Austronesia yang berlayar atau bermigrasi melalui jembatan tanah, yang mana bangsa Austronesia ini menggeser bangsa Negritos kepegunungan, sedangkan mereka tinggal di daerah pantai yang subur. Tetapi dalam teori jembatan tanah ini mengalami banyak kelemahan, bahwasanya kepulauan Filipina dulunya tidak menjadi satu daratan dengan daratan Asia. Kepulauan Filipina seperti kerak Pasifik yang tipis bergerak di bawahnya. Kekerasan yang dihasilkan gempa bumi menyebabkan apa yang sekarang membentuk daratan Filipina untuk naik ke permukaan laut. Kerajaan-kerajaan yang ada di Kepulauan Filipina terdapat kekuasan- kekuasaan. Mulai dari negara Mai yang mana bukti berasal dari pengawas Cina. Kemudian terdapat Kerajaan Tondo, bukti yang mengungkapkan adanya Kerajaan Tondo ini adalah catatan tertua, yaitu Keping Tembaga Laguna, selain keping tersebut dari dinasti Ming juga menyebutkan bahwa dinasti Ming kdatangan utusan dari Luzon. Orang- orang pendatang juga ada yang berkuasa di Kepulauan Filipina ini, yaitu dengan terbentuknya Konfederasi Madyaas. Bermula pada saat datu Puti dan para pengikutnya membeli tanah orang Negritos, kemudian para pengikutnya mendirikan desa-desa yang kemudian bersatu menjadi Konfederasi Madyass. Konfederasi Madyass ini memuncak pada abad ke-15 di bawah kepemimpinan Datuk Padojinog ketika berperang melawan Kekaisaran Cina. Penaklukan kerajaan Brunei terhadap Kerajaan Tondo menjadikannya Negara kota yang bernama Seludong, Saludong atau Selurong digunakan untuk menunjukkan Manila sebelum penjajahan. Juga terdapat Kerajaan Namayan, Butuan, dan Cebu. Kerajaan cebu ini mrupaka kerajaan yang didirikan oleh Sri Lumay dari Dinasti Chola India. Masuknya islam di Filipina sudah ada sejak abad 15 ada juga yang mengatakan pada abad 14, yaitu dengan berdirinya Kesultanan Sulu pada tahun 1390. Selain kesultan Sulu ada juga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Maguindanao yang mana pada pemerintahannya menggunakan hukum Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj, Fathul Qareeb, Taqreebul Intifa dan Mir’atul-Thullab.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam, Lkis, 2004
Dr. Hamid A. Rabie, Islam Sebagai Kekuatan International, CV. Rosda Bandung 1985
Artikel Sejarah Masuknya Islam di Philipina. oleh Imam nugroho di www.duiniaislam.com
Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Hidayah, 2001

http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina, bms.wikipedia.org/wiki/Filipina, http://maps.google.co.id/maps?hl=id&lr=&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&as_qdr=all&q=filipina&um=1&ie=UTF-8&hq=&hnear=Filipina&gl=id&ei=Mff7TJrmE4H3rQejiNWoCA&sa=X&oi=geocode_result&ct=title&resnum=14&ved=0CIoBEPIBMA0, http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Filipina,
http://www.anakciremai.com/2009/01/makalah-sejarah-tentang-sejarah.html
Dari Wikipedia bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina . Di akses pada hari sabtu, tanggal 09 Mei 2010 http://cintailmoe.wordpress.com/2008/04/07/sejarah-islam-di-filipina/ . Di akses pada hari sabtu, tanggal 09 Mei 2010 http://majalah- alkisah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=429:islam-di- mindanao-minoritas-di-negeri-sendiri&catid=38:tarikh http://herususetyo.multiply.com/journal/item/45