Selasa, 21 Desember 2010

SEJARAH ASIA TENGGARA ( SEJARAH FILIPINA)

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.
Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.
Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.
Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat.
Filipina adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.
Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi.
Berdasar atas permasalah di atas maka penulis ingin mengulas lebih rinci tentang sejarah berdirinya Filipina, maka judul dari makalah ini adalah “Perjalanan Sejarah FILIPINA”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah rumusan permasalahannya adalahg sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah sejarah awal berdirinya Filipina pada pengaruh Hindu-Budha?
1.2.2 Bagaimanakah perkembangan sejarah Filipina dalam pengaruh Islam?
1.2.3 Bagaimanakah perkembangan sejarah Filipina dalam pengaruh imperialisme barat ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah iniadalah sebgai berikut :
1.3.1 untuk mengetahui sejarah awal berdirinya Filipina pada pengaruh Hindhu-Budha,
1.3.2 untuk mengetahui perkembangan sejarah Filipina dalam Pengaruh Islam,
1.3.3 untuk mengetahui perkembangan sejarah Filipina dala pengaruh imperialisme barat.
Diharapkan dalam penulisan makalah ini bermanfaat dalam menambah wawasan terhadap perjalanan sejarah berdirinya Filipina.












BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Awal Filipina dalam Pengaruh Hindu-Budha
Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat. Filipina juga di kenal sebagai negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat. Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan- kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi. Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan- kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka. Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste



2.1 Sejarah Awal Sejarah awal Filipina adalah masa prasejarah di kepulauan Filipina. Pada masa prasejarah ini kepulauan Filipina dihuni oleh Manusia Tabon, orang-orang Negritos, orang-orang berbahasa Austronesia, dan Angono.
2.1.1 Manusia Tabon Manusi Tabon diperkirakan menghuni Pulau Palawan sekitar 20.000 sampai 24.000 tahun yang lalu. Penemuan tengkorak Manusia Tabon ditemukan oleh Dr. Robert B. Fox, seorang arkeolog asal Amerika yang bekerja untuk Museum Nasional Filipina. Dia menemukan fosil sisa-sisa manusia yang terdiri dari tengkorak, tulang rahang, dan gigi fragmen dari tiga orang di dalam kompleks gua-gua Tabon di bagian barat daya Pulau Palawan. Penemuan ini sangat penting dalam arkeolog Filipina. Manusia Tabon hidup di gua-gua dengan menggunakan alat-alat dan persenjataan dari zaman batu akhir. Logam berlimpah di daerah sekitar tetapi tidak dimasukkan dalam kebutuhan mereka. Bahasa lisan sudah dikembangkan pada masa itu, dan diyakini merupakan seni dan kebudayaan mereka. Para antropolog yang telah meneliti Manusia Tabon sepakat bahwa itu milik manusia modern, homo sapiens, yang dibedakan dari pertengahan Pleistosen homo erectus spesies. Hal ini menunjukkan bahwa Manusia Tabon Pra-Mongoloid (Mongoloid menjadi istilah antropolog berlaku untuk saham rasial yang memasuki Asia Tenggara selama Holosen dan diserap masyarakat sebelumnya untuk memproduksi modern malay, Indonesia, Filipina, dan "Pasifik" bangsa-bangsa).
2.1.2 Bangsa Negritos Kata-kata “Negritos” berasal dari orang-orang Spanyol atau Portugis, yaitu
orang kulit hitam kecil, mengacu pada mereka yang mempunyai postur tubuh kecil yang beranggapan bahwa mereka pendatang baru dari Afrika. Mereka mungkin keturunan dari pribumi penduduk dari daratan Sunda dan Papua/Irian, mendahului para Mongoloid orang yang kemudian masuk ke Asia Tenggara.
Negritos mempunyai beberapa ciri-ciri fisik yang sama dengan Afrika kerdil, termasuk perawakan pendek, rambut afro-tekstur, dan kulit gelap, namun asal mereka dan rute migrasi mereka ke Asia masih merupakan masalah spekulasi besar. Mereka adalah yang paling genetis, manusia jauh dari Afrika pada sebagian besar yang dipelajari sejauh ini Beberapa ilmuwan mengklaim mereka hanya sekelompok Australo-Melanesia yang telah mengalami pengerdilan pulau selama ribuan tahun, mengurangi asupan makanan mereka dalam rangka untuk mengatasi sumber daya terbatas dan beradaptasi dengan lingkungan hutan hujan tropis. Berbagai studi menunjukkan adanya hububungan DNA orang-orang Negritos yang berada di kepulauan Filipina genetic mereka hamper sama dengan orang asia di sekitarnya. Tetapi ada pendapat bahwa orang Negritos Filipina berasal dari Afrika Timur yang melakukan migrasi melalui pesisir Hindia kemudian sampai di Asia Tenggara.
2.1.3 Bahasa Austronesia Austronesia kelompok keturunan dari Dataran Tinggi Yunnan di Cina dan
menetap di tempat yang sekarang menjadi Filipina. Mereka berlayar atau melintasi jembatan tanah berasal. Sebagian besar Austronesian ini terutama menggunakan Filipina sebagai pit-stop ke pulau-pulau Pasifik terpencil atau ke kepulauan Indonesia lebih jauh ke selatan. Mereka yang tertinggal menjadi nenek moyang orang-orang Filipina. Lembah Cagayan di bagian utara Luzon berisi alat-alat batu sebagai bukti bagi para pemburu. Austronesian mendorong Negritos ke gunung, sementara mereka menduduki dataran pantai yang subur.
Teori jembatan tanah ini masih banyak kelemahan. Seorang ilmuwan Jerman yang mempelajari geologi Filipina, mempertanyakan validitas teori jembatan tanah. Dia menyatakan bahwa Filipina tidak pernah menjadi bagian dari daratan Asia. Ia mengklaim bahwa kepulauan Filipina itu muncul dari dasar laut, seperti kerak Pasifik yang tipis bergerak di bawahnya, terus meningkat. Kekerasan yang dihasilkan gempa bumi menyebabkan apa yang sekarang membentuk daratan Filipina untuk naik ke permukaan laut. Dr. Voss juga menunjukkan bahwa ketika studi ilmiah dilakukan pada kerak bumi 1964-1967, ditemukan bahwa 35-kilometer di bawah kulit tebal cina tidak sampai ke Filipina. Jadi, yang terakhir tidak bisa menjadi jembatan tanah daratan Asia. Masalah yang menjadi pemukim pertama itu belum benar-benar diselesaikan. Ini sedang diperdebatkan oleh para antropolog, serta Profesor H. Otley Beyer, yang mengklaim bahwa penduduk pertama Filipina berasal dari Semenanjung Malaya. Melayu sekarang merupakan bagian terbesar dari rakyat dan apa yang sekarang Filipina adalah Austronesia budaya. Sejarawan William Henry Scott telah menunjukkan bahwa Palawan dan Kepulauan Calamianes terpisah dari Kalimantan oleh air tempat lebih dari 100 meter, yang sebelah selatan garis ditarik antara Saigon dan Brunei tidak kedalaman Laut Cina Selatan tempat melebihi 100 meter, dan bahwa Selat Malaka mencapai 50 meter hanya pada satu titik. Scott juga menegaskan bahwa Kepulauan Sulu bukanlah puncak pegunungan yang terendam menghubungkan Mindanao dan Kalimantan, tetapi ujung yang terbuka tiga punggung bukit kecil yang dihasilkan oleh tektonik miring dari dasar laut dalam beberapa geologis kali. Menurut Scott, jelas bahwa Calamianes Palawan tidak berdiri di atas tanah terendam jembatan, tetapi sekali seperti tanduk bentuknya benjol di bahu sebuah benua yang pantai selatan dulu, sekarang pulau Jawa dan Kalimantan. Mindoro dan Calamianes dipisahkan oleh sebuah channel lebih dari 500 meter
2.2 Zaman Klasik Zaman klasik ini merupakan zaman pra kolonialisme bangsa barat. Pada zaman ini
meliputi kerajaan-kerajaan yang ada di kepulauan Filipina. 2.2.1 Negara Mai Bukti China Pada tahun 1225, seoarang cina bernama Chao Ju-kua, pengawas perdagangan maritim di Fukien provinsi menulis buku berjudul Chu Fan Chih dimana ia menggambarkan perdagangan dengan sebuah negara bernama Mai (diucapkan "Ma -yi ") yang merupakan negara Filipina prehispanic. Di dalamnya ia mengatakan: Negara Mai berada di utara Kalimantan. Tinggal di desa-desa di tepi sungai, menutupi dirinya dengan kain seperti seprai atau menyembunyikan tubuh mereka dengan kain pinggang. Ditemukan logam bergambar Buddha yang tidak diketahui asal datangnya, mungkin dari para pedagang yang berlabuh disana. Sedikit bajak laut mencapai pantai ini. Ketika kapal-kapal dagang masuk ke pelabuhan, mereka berhenti di depan alun-alun, karena alun-alun resmi negara adalah tempat untuk perdagangan dan sekali kapal terdaftar, mereka mencampur bersama-sama dengan bebas. Karena para pejabat setempat membuat kebiasaan menggunakan payung putih, para pedagang harus menunjukkan hadiah kepada mereka.
Metode bisnis bertransaksi adalah pedagang liar, datang dalam keramaian dan segera memindahkan barang dagangan ke dalam keranjang dan pergi dengan itu. Jika pada awalnya mereka tidak tahu siapa mereka, perlahan- lahan mereka mengetahui orang-orang yang menghilangkan barang sehingga pada akhirnya tidak ada yang benar-benar hilang. Pedagang liar kemudian mengambil barang-barang di sekitar pulau-pulau, yang lain untuk barter, dan umumnya tidak mulai datang kembali sampai September atau Oktober. Untuk kapal pedagang membayar dengan apa yang mereka miliki. Memang, ada beberapa yang tidak datang kembali saat itu, sehingga kapal- kapal pedagangan adalah terakhir untuk mencapai rumah dengan Mai.
Produk lokal lilin lebah, katun, benar mutiara, cangkang kura-kura, obat pinang dan Yuta kain. Para pedagang menggunakan hal-hal seperti porselin, perdagangan emas, pot besi, timah hitam, manik-manik kaca berwarna jarum, dan besi dalam pertukaran.
Dalam makalah ini kami tidak menemukn sumber-sumber mengenai Negara Mai. Hanya dari berita China saja yang ada dan itu hanya mencakup dari segi ekonomi saja. Sehingga dalam pembahasan Negara Mai ini banyak mengalami kekurangan.
2.2.2 Kerajaan Tondo Tondo adalah kerajaan yang terletak di Teluk Manila daerah, khususnya di
sebelah utara sungai Pasig, di Pulau Luzon. Nama Tondo juga disebut Tundo, Tundun, dan Tundok. Awalnya sebuah kerajaan Indianized di abad ke-10. Bukti-bukti yang mengungkapkan adanya Tondo adalah catatan sejarah tertua yaitu Keping Tembaga Laguna. Dokumen ini, ditulis dalam bahasa Kawi, tertanggal tahun 822 atau tahun 900 Masehi. Dokukem ini berisikan tentang hukum, dokumen itu semacam tanda terima yang
mengakui bahwa pria bernama Namwaran telah dibersihkan dari hutang kepada kepala Tondo. Sejarah Kuno Tondo berikutnya bersumber dari Dinasti Ming, dikatan tentang kedatangan seorang utusan dari Luzon ke Dinasti Ming, sekitar tahun 1373 Masehi Masehi. Penguasa Tondo yang diakui tidak hanya sebagai kepala suku, tetapi sebagai raja. Dengan ini Tondo membuka perdagangan yang lebih besar ke Cina dengan bangsa- bangsa kepulauan Filipina .
Bangkitnya dinasti Ming dengan kedatangan orang-orang pemukim Cina pertama di Filipina. Mereka diterima dengan baik dan hidup bersama secara harmonis dengan penduduk lokal yang ada dan akhirnya kawin campur dengan penduduk lokal.
Kerajaan Tondo di Luzon menjadi pusat dimana barang-barang yang diperdagangkan cina di seluruh Asia Tenggara. Perdagangan Cina begitu ketat, pedagang Luzon yang membawa barang-barang dianggap sebagai "orang cina" oleh orang-orang yang mereka temui.
Kehadiran yang kuat dalam perdagangan barang-barang Cina di Asia Timur abad ke-16 juga terasa oleh Jepang. Kekaisaran Ming memperlakukan pedagang Luzon lebih memudahkannya dari pada pedagang Jepang dengan membiarkan pedagang Luzon untuk berdagang dengan Cina sekali dalam dua tahun, sementara Jepang hanya diperbolehkan melakukan perdagangan sekali setiap 10 tahun. Pedagang Jepang sering melakukan pembajakan dalam rangka untuk memperoleh banyak produk Cina seperti sutra dan porselen. Terdapat sumber dari kerajaan Brunei pada masa pemerintahan Bolkiah (1485-1521). Kerajaan Brunei memutuskan untuk memecahkan monopoli Tondo dalam perdagangan Cina dengan menyerang Tondo dan mendirikan negara kota sebagai Bruneian Seludong satelit.
2.2.3 Konfederasi Madyaas Asal mula konfederasi Madyaas Menurut cerita lisan masyarakat lokal dan buku berjudul Maragtas. Di awal abad ketiga belas, datu Sumakwel, Bangkaya, Paiburong, Paduhinog, Dumangsol, Dumangsil, Dumaluglog, Balkasusa, dan Lubay yang dipimpin oleh Datu Puti dan pengikut mereka, melarikan diri ke laut dan berlayar ke utara untuk melarikan diri dari kekuasaan yang menindas Rajah Makatunaw. Sampailah mereka di Pulau Panay. Mereka langsung menetap di Aklan dan membuat perjanjian perdagangan dengan orang Negrito yang bernama Marikudo dan istrinya Maniwantiwan, mereka ingin membeli tanah dengan emas. Orang Negritos pindah ke gunung, sementara para pendatang baru menempati pantai. Datuk Bangkaya kemudian mendirikan sebuah pemukiman di Madyanos, sedangkan Datu Paiburog mendirikan desa di Irong-irong (Yang sekarang kota Iloilo), sedangkan Datu Sumakwel dan orang-orangnya menyeberangi pegunungan Madyaas ke Hamtik mereka mendirikan desa Malandong. Datu Puti, meninggalkan mereka untuk eksplorasi ke utara, setelah memastikan keselamatan pengikutnya. Dia ditunjuk Datu Sumakwel, menjadi yang pertama sebagai komandan sebelum ia pergi. Pada tahun 1213, Datu Sumakwel dipanggil pada sebuah dewan dari datus untuk merencanakan pertahanan umum dan sistem pemerintahan. Enam artikel diadopsi dan dijadikan undang-undang, yang kemudian dikenal sebagai Konfederasi Madyaas.
Konfederasi menciptakan tiga divisi politik, yaitu sistem pemerintahan, penegakan hak-hak individu, dan menyediakan sistim keadilan. konfederasi mencapai puncaknya pada abad ke-15 di bawah kepemimpinan Datuk Padojinog ketika berperang melawan Kekaisaran Cina.
2.2.4 Kerajaan Maynila Kerajaan Seludong atau Saludung, setelah kolonisasi berubah nama menjadi Manila, ibukota Filipina, adalah salah satu dari tiga negara-kota besar yang mendominasi daerah di sekitar bagian atas dari Sungai Pasig sebelum kedatangan penjajah Spanyol pada 1500-an. Karena kehadiran tanaman yang disebut "nila" (Scyphiphora hydrophyllacea), kota baru ini akhirnya dinamakan "Mei-nila," yang transliterates sebagai "Ada nila (di sini)". Maynila juga kadang-kadang disebut Maynilad karena nila secara populer disebut sebagai nilad oleh orang-orang tidak akrab dengan tanaman Selama masa pemerintahan Sultan Bolkiah (1485-1521) Kerajaan Brunei memutuskan untuk memecahkan monopoli Tondo dalam perdagangan Cina dengan menyerang Tondo dan mendirikan negara kota sebagai Bruneian Seludong satelit. Ini diriwayatkan melalui Tausug, dimana nama-nama Seludong, Saludong atau Selurong digunakan untuk menunjukkan Manila sebelum penjajahan. Kerajaan Maynila merupakan bekas dari kerajaan Tondo seperti yang dijelaskan pada paragraf diatas.
. 2.2.5 kerajaan Namayan Kerajaan kuno Namayan, ada yang mnyebut sebagai Kerajaan Sapa,
Maysapan atau Nasapan, Namayan merupakan satu dari tiga kerajaan utama yang mendominasi daerah di sekitar bagian atas dari Sungai Pasig dan pantai Laguna danau di Filipina sebelum kedatangan penjajah Spanyol pada 1500-an.
Namayan dikatakan tertua dari tiga kerajaan, sebelum mengenal dengan Kerajaan Tondo dan Kerajaan Maynila. Dibentuk oleh suatu konfederasi dari barangay, Selain itu, administrasi dan catatan politik Spanyol Manila menunjukkan bahwa permukiman ini disebutkan sebagai wilayah Kerajaan Namayan tercatat pada tahun 1578 sebagai bagian dan Visitas dari Sta. Ana de Sapa.
Ibukota, Namayan, yang kemudian disebut Maysapan, dan kemudian Santa Ana de Sapa, dan dikenal saat ini hanya sebagai Santa Ana, sebuah distrik di Kota Manila.
2.2.6 Kerajaan Butuan Kerajaan Butuan adalah kerajaan kuno di selatan Filipina berpusat di Mindanao kota Butuan. Kerajaan Butuan dikenal dengan pertambangan emas, produk emas dan jaringan perdagangan yang luas di seluruh daerah Nusantara. Kerajaan memiliki hubungan perdagangan dengan peradaban kuno Cina, India, Indonesia, Persia, Kamboja dan daerah yang sekarang bernama Thailand.
Balangay (perahu cadik besar) yang telah ditemukan di sepanjang timur dan barat tepi sungai Libertad telah mengungkapkan banyak tentang sejarah Butuan. Akibatnya Butuan dianggap sebagai pelabuhan dagang utama di Caraga wilayah selama era pra-kolonial.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Butuan mempunyai kontak hubungan dengan dinasti Song dari Cina sekitar tahun 1001 Masehi. Cina mencatat pada misi istana Cina penampilan pertama dari anak sungai Butuan pada 17 Maret 1001 Masehi dan itu dijelaskan Butuan (P'u-tuan) sebagai negara Hindu kecil dengan Monarki Buddha di laut yang telah biasa berhubungan dengan Kerajaan Champa dan sesekali kontak dengan Cina di bawah Raja bernama Kiling.
Penguasa baru dengan nama Indianized Sri Bata shaja kemudian berhasil dalam mencapai kesetaraan diplomatik dengan Champa dengan mengirimkan duta besar.
2.2.7 Kerajaan Cebu Kerajaan Cebu adalah negara Philipina klasik yang ada di Pulau Cebu sebelum kedatangan bangsa Spanyol. Kerajaan ini didirikan oleh Sri Lumay atau Rajamuda Lumaya, pangeran kecil dari dinasti Chola yang menduduki Sumatra. Ia dikirim oleh maharaja untuk membangun basis bagi pasukan penjelajah tapi ia memberontak dan mendirikan kerajaan independen sendiri.
Menurut cerita rakyat Visayan, ia berasal dari sebuah keluarga kerajaan pribumi yang mempraktikkan agama Hindu yang berkuasa di Cebu. Sri Lumay, adalah penduduk asli dari Sumatra, yang menetap di Visayas, dan memiliki beberapa anak laki- laki. Salah satu anaknya Sri Alho, yang memerintah sebuah negeri yang dikenal sebagai Sialo sekrang bernama kota Carcar dan Santander di wilayah selatan Cebu. Sri Ukob memerintah sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Nahalin di utara yang sekarang merupakan kota Consolación, Liloan, Compostela, Danao, Carmen dan Bantayan. Ia meninggal dalam pertempuran dengan kelompok yang dikenal sebagai suku magalos dari Mindanao. Putra bungsunya adalah Sri Bantug yang memerintah sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Singhapala, di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Cebu City, iya meninggal karena penyakit dan digantikan oleh putranya Sri Hamabar, juga dikenal sebagai Rajah Humabon. Sri Bantug punya saudara bernama Sri Parang, tapi tidak bisa memerintah kerajaannya karena cacat. Parang menyerahkan tahta kepada keponakannya yang bernama Humabon dan menjadi Raja Cebu. Sri Parang, juga memiliki anak laki-laki muda, Sri Tupas. Rajah Humabon yang menggantikan raja dari Cebu.
2.2.8 Awal masuknya Islam dan Kerajaan Maguindanao Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera-negara Islam tertindas. Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merukan salah satu kelompok ninoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao. Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah dan latar belakang Islam di negeri Filipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini. Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baginda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj, Fathul Qareeb, Taqreebul Intifa dan Mir’atul-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen.
2.2.9 Kesultanan Sulu Kesultanan Sulu adalah negara muslim yang memerintah atas banyak pulau- pulau di Laut Sulu, di bagian selatan Filipina. Kesultanan didirikan pada 1450, namun sumber lain ada yang mengatakan seblumnya. Sejarawan muslim percaya bahwa Kesultanan Sulu sudah ada berabad-abad sebelumnya di zaman Raja Ali Baginda. Pada abad ke-13, Minangkabau orang-orang mulai membuat koloni di sepanjang pantai barat pulau Sumatera, dari Meulaboh sampai Bengkulu, sedangkan Minangkabau sebagai pedagang rempah-rempah di Aceh. Di Aceh, mereka dikenal sebagai Aneuk Jamee. Raja Baginda migrasi ke selatan Filipina dan mendirikan Kesultanan Sulu pada 1390. Sumber lain mengklaim bahwa selama 1450, Shari'ful Hashem Syed Abu Bakr, seorang Arab lahir di Johor, tiba di Sulu dari Malaka. Pada 1457, ia mendirikan Kesultanan Sulu; ia kemudian mengganti namanya menjadi "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr", menghiasi namanya dengan tidak kurang dari lima kali berturut-turut hormat judul: "Paduka" adalah istilah lokal untuk "Master", " Maulana "adalah akar kata bahasa Arab, artinya sama," Mahasari "singkatan dari" Yang Mulia "," syarif "adalah kata Arab untuk" penguasa setempat "," Sultan "adalah kata Arab untuk penguasa atau pangeran. Kesultanan Sulu terdiri atas wilayh yang membentang di pulau-pulau yang berbatasan dengan timur semenanjung Mindanao, pada saat ini Malaysia bagian Sabah (sebelumnya Borneo Utara) di sebelah barat dan selatan, dan untuk Palawan di utara.
Sejarah Filipina dipercaya telah dimulai dengan kedatangan manusia pertama lewat jembatan darat paling tidak 30.000 tahun yang lalu[1] Kedatangan pertama orang-orang Barat yang tercatat adalah kedatangan Ferdinand Magellan di Pulau Homonhon, di tenggara Samar pada 16 Maret 1521[2]
Sebelum kedatangan Magellan, terdapat suku-suku Negrito yang menjelajahi pulau-pulau Filipina, namun mereka kemudian digantikan oleh orang-orang Austronesia. Kelompok-kelompok tersebut dapat digolongkan menjadi suku pemburu dan peramu, masyarakat kesatria, plutokrasi kecil, dan kerajaan maritim, yang kemudian tumbuh menjadi kerajaan, konfederasi dan kesultanan. Negara-negara prakolonial itu contohnya kerajaan Butuan, Cebu, Tondo, Maysapan, Maynila, konfederasi Madyaas, Negeri Mai, dan kesultanan Sulu serta Maguindanao. Negara-negara kecil ini berkembang paling tidak sejak abad ke-10. Meskipun kerajaan-kerajaan ini mencapai tatanan politik dan sosial yang rumit, serta melakukan perdagangan dengan daerah-daerah yang sekarang menjadi Cina, India, Jepang, Thailand, Vietnam dan Indonesia, tidak ada yang berhasil menyatukan kepulauan yang sekarang menjadi Filipina di abad ke-20.


Gambar yang menunjukkan bangsawan lama Filipina. Kiri adalah jenderal dari kerajaan Butuan, dan kanan adalah putri dari kerajaan Tondo

2.2 Filipina dalam Pengaruh Islam
.4 Sejarah Islam Di Filipina Sejarah Masuknya Islam di Filipina
Asia tengagara adalah sebutan untuk wialyah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-Cina dan kepulauan yang banyak serta terlingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Melihat sejarah masa lalu, terlihat bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama. Taufiq
Abdullah menulis dalam bukunya renaisans Islam di asia tenggara, bahwa kawasan
asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas pengaruh yang diterima wilayah tersebut yaitu :
wilayah Indianized southeast asia, Asia Tenggara yang dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha. Sinized Eas Asia,suatu wilayah yang mendapatkan pengaruh dari China, adalah Vietnam Wilayah Asia Tenggara yang di Spanyolkan atau Hispanized South East Asia, yaitu Filipina.
Ketiga pembagian tersebut seolah meniadakan pengaruh Islam yang begitu besar di Asia tenggara, khususnya Philipina. Seperti tertulis bahwa Philipina termasuk negara yang terpengaruhi oleh spanyol. Hal itu benar adanya, akan tetapi pranata kehidupan di Philipina juga terpengaruhi oleh Islam pada masa penjajahan Amerika dan Spanyol. Sedikit makalah dibawah ini akan menyingkap dengan singkat tentang sejarah masuknya Islam di Philipina. 2.4.1 Sejarah masuknya Islam di Filipina Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas. Dalam bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merupakan salah satu kelompok minoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitik demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao. Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baginda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan
Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu- Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen. Secara umum, gambaran Islam masuk di Philiphina melalui beberapa fase, dari penjajahan sampai masa modern. Penyebaran Islam di Sulu dan Mindanao diyakini berasal dari para pedagang, guru-guru dan sufi keturunan Arab yang berlayar hingga ke Sulu dan Mindanao. Hampir sama dengan model penyebaran Islam di Indonesia. Mereka kemudian mengislamkan dan menikahi penduduk setempat. Masjid pertama di Filipina tercatat berada di Tubig-Indangan di Pulau Simunul. Didirikan oleh Makhdum Karim alias Sharif Awliya , keturunan Arab, sekitar tahun 1380. Berikutnya para musafir keturunan Arab secara berturut-turut membangun Kesultanan Sulu pada 1390, dan Kesultanan Maguindanao dan Buayan pada akhir abad ke-15. Kesultanan Makassar dan Ternate pada masa silam turut memainkan peranan penting di Mindanao. Ketika Gubernur Spanyol Corcuera menyerbu Sulu pada 1638, Rajah Bongsu, Sultan Sulu, mendapat bantuan dari para prajurit Makassar. Sementara itu, Kesultanan Ternate kerap membantu Sultan Buisan di Maguindanao dalam perangnya melawan penjajah Spanyol Sampai kini masih cukup banyak keturunan Indonesia yang tinggal di Mindanao. Namun kini lebih banyak berasal dari Sulawesi Utara, utamanya Kepulauan Sangir Talaud dan Miangas (Pulau Miangas adalah pulau terluar Indonesia yang berjarak sangat dekat dengan Mindanao, dan sebaliknya amat jauh dari Manado, ibu kota Sulawesi Utara). “Saat ini ada sekitar 8.000 orang Indonesia yang masih berkewarganegaraan Indonesia di Mindanao. Belum lagi mereka yang tak terdaftar dan mereka yang telah berkewarganegaraan Filipina,” ujar Bernard Loesi, konsul Indonesia di Konsulat Jenderal RI di Davao City. Tak hanya menyebarkan Islam di Mindanao, pergerakan Islam kemudian melaju ke utara, merambah area Visayan, yaitu Cebu, Mactan, kemudian Palawan, hingga Luzon, pulau tempat metropolitan Manila. Disinyalir, metropolitan Manila pada abad ke-16 berada di bawah kekuasaan raja muslim, yaitu Rajah Sulaiman Mahmud. Sama halnya dengan daerah Tondo, Cebu, dan Mactan di Visayan. Datangnya penjajah Spanyol pada tahun 1521 mengubah semuanya. Perluasan dakwah Islam dari selatan (Mindanao dan Sulu) terhambat, dan pertempuran terjadi di banyak tempat selama tiga abad lebih kekuasaan kolonial Spanyol. Perang dengan Spanyol baru mereda pada tahun 1898, saat beralihnya kekuasaan negeri Filipina dari Spanyol ke Amerika Serikat melalui Perjanjian Paris 10 December 1898.

2.3 Filipina dalam Pengaruh Imperialisme Barat
.5 Masa Kolonial Spanyol
Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16 Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik “ekspedisi ilmiah” Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati- matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M). Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin. walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai “Moor” (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang- orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orang-orang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan “misi suci”. Dari sinilah kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang-orang kristen Filipina terhadap Bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Sejarah mencatat, orang Islam pertama yang masuk Kristen akibat politik yang dijalankan kolonial Spanyol ini adalah istri Raja Humabon dari pulau Cebu. Masa Imperialisme Amerika Serikat
2.6 Masa Imperialisme Amerika Serikat
Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Secara tidak sah dan tak bermoral, Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta pada tahun 1898 M melalui Traktat Paris. Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Teofisto Guingona, Sr. mencatat antara tahun 1914-1920 rata-rata terjadi 19 kali pertempuran. Tahun 1921-1923, terjadi 21 kali pertempuran. Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, Amerika Serikat ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka.
Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian. 2.6.1 Masa Peralihan Masa pra-kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina di Utara. Untuk menggabungkan ekonomi Moroland ke dalam sistem kapitalis, diberlakukanlah hukum-hukum tanah warisan jajahan AS yang sangat kapitalistis seperti Land Registration Act No. 496 (November 1902) yang menyatakan keharusan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis, ditandatangani dan di bawah sumpah. Kemudian Philippine Commission Act No. 718 (4 April 1903) yang menyatakan hibah tanah dari para Sultan, Datu, atau kepala Suku Non-Kristen sebagai tidak sah, jika dilakukan tanpa ada wewenang atau izin dari pemerintah. Demikian juga Public Land Act No. 296 (7 Oktober 1903) yang menyatakan semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act No. 496 sebagai tanah negara, The Mining Law of 1905 yang menyatakan semua tanah negara di Filipina sebagai tanah yang bebas, terbuka untuk eksplorasi, pemilikan dan pembelian oleh WN Filipina dan AS, serta Cadastral Act of 1907 yang membolehkan penduduk setempat (Filipina) yang berpendidikan, dan para spekulan tanah Amerika, yang lebih paham dengan urusan birokrasi, untuk melegalisasi klaim-klaim atas tanah. Pada intinya ketentuan tentang hukum tanah ini merupakan legalisasi penyitaan tanah- tanah kaum Muslimin (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah kolonial AS dan pemerintah Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis. Pemberlakukan Quino-Recto Colonialization Act No. 4197 pada 12 Februari 1935 menandai upaya pemerintah Filipina yang lebih agresif untuk membuka tanah dan menjajah Mindanao. Pemerintah mula-mula berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, sebelum membangun koloni-koloni pertanian yang baru. NLSA – National Land Settlement Administration – didirikan berdasarkan Act No. 441 pada 1939. Di bawah NLSA, tiga pemukiman besar yang menampung ribuan pemukim dari Utara dibangun di propinsi Cotabato Lama. Bahkan seorang senator Manuel L. Quezon pada 1936-1944 gigih mengkampanyekan program pemukiman besar-besaran orang-orang Utara dengan tujuan untuk menghancurkan keragaman (homogenity) dan keunggulan jumlah Bangsa Moro di Mindanao serta berusaha mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Filipina secara umum. Kepemilikan tanah yang begitu mudah dan mendapat legalisasi dari pemerintah tersebut mendorong migrasi dan pemukiman besar-besaran orang-orang Utara ke Mindanao. Banyak pemukim yang datang, seperti di Kidapawan, Manguindanao, mengakui bahwa motif utama kedatangan mereka ke Mindanao adalah untuk mendapatkan tanah. Untuk menarik banyak pemukim dari utara ke Mindanao, pemerintah membangun koloni-koloni yang disubsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang diperlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini diteruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga perlahan tapi pasti orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah mereka.
2.6.2 Masa Pasca Kemerdekaan hingga Sekarang Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946 M) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada saat yang sama juga sebagai masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara keseluruhan. Pada awal kemerdekaan, pemerintah Filipina disibukkan dengan pemberontakan kaum komunis Hukbalahab dan Hukbong Bayan Laban Sa Hapon. Sehingga tekanan terhadap perlawanan Bangsa Moro dikurangi. Gerombolan komunis Hukbalahab ini awalnya merupakan gerakan rakyat anti penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah, mereka mengarahkan perlawanannya ke pemerintah Filipina. Pemberontakan ini baru bisa diatasi di masa Ramon Magsaysay, menteri pertahanan pada masa pemerintahan Eipidio Qurino (1948-1953). Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986). Dibandingkan dengan masa pemerintahan semua presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel Ramos maka masa pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa pemerintahan paling represif bagi Bangsa Moro. Pembentukan Muslim Independent Movement (MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada 1971 tak bisa dilepaskan dari sikap politik Marcos yang lebih dikenal dengan Presidential Proclamation No. 1081 itu. Perkembangan berikutnya kita semua tahu. MLF sebagai induk perjuangan Bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National Liberation Front (MNLF) pimpinan Nurulhaj Misuari yang berideologikan nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hashim, seorang ulama pejuang, yang murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993). Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam menghadapi Bangsa Moro. Ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Nur Misuari (ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah memasuki 2 dasawarsa itu. Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF). Semua pihak memandang caranyalah yang paling tepat dan efektif. Namun agaknya Ramos telah memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko. “Semua orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak,” katanya. Dan jadilah bangsa Moro seperti saat ini, minoritas di negeri sendiri.
Mindanao, penjajah Spanyol juga menciptakan istilah Philippines. Pada pertengahan abad ke -16 rombongan ekspedisi Spanyol mendarat di Sarangani Mindanao Selatan dan mencoba untuk membangun pemukiman baru. Namun di daerah baru tersebut mereka berbenturan dengan kemiskinan Bangsamoro sehingga rombongan berbalik pulang. Dalam perjalanan pulang ketika melewati gugus kepulauan Samar-Leyte, Bernardo de la Torre, salah seorang kru kapal, memberikan nama kepulauan tersebut sebagai Filipinas, ntuk menghormati Philip, putra mahkota kerajaan Spanyol ketika itu (di kemudian hari menjadi Raja Philip II). Ketika Amerika Serikat menjajah Filipinas, nama tersebut kemudian di-Inggris-kan menjadi Philippines, sampai saat ini. Apabila Philippines adalah nama negara, maka Filipino adalah sebutan untuk Spaniards yang lahir di Philippines. Namun sejak tahun 1898 istilah Filipino dikenakan juga untuk warga pribumi demi menggalang dukungan warga pribumi dalam melawan Amerika Serikat. Belakangan, istilah Filipino ini kemudian mendapatkan ‘nickname’ baru yaitu Pinoy (untuk kaum Pria Filipino) dan Pinay (untuk kaum wanita Filipino) Warga pribumi Philippines non Moro sebelum 1898 disebut sebagai Indios. Makna “Indios” adalah ‘native” ataupun “pribumi”. Istilah diskriminatif ala Spaniards kepada penduduk asli Philippina yang bermakna ras yang lebih rendah, primitif dan intelejensia terbatas. Sebenarnya, Indios secara antropologis adalah juga termasuk ras Indo-Malayan sama seperti Bangsamoro. Hanya saja mereka tidak memeluk Islam maka lebih kental dengan sebutan Indios. Sebaliknya, Bangsamoro tetaplah Bangsamoro hingga kini. Roh Islam Melayu jauh lebih dominan daripada Indios apalagi Spaniards. Secara ras, Bangsamoro adalah ras Indo-Malayan. Ciri-ciri fisiknya amat serupa dengan Indo Malayan lain yang kini bermukim di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Thailand Selatan. Secara etnolinguistik, semua dialek pribumi Moro, dan juga Luzon serta Visayas, adalah berhubungan dan memiliki akar yang sama dengan bahasa di rumpun Austronesian/ Malayo Polynesian. Tak heran, kita mudah menemukan banyak kata- kata yang sama antara bahasa Bangsamoro dengan bahasa Indonesia, Melayu- Sumatra, bahkan bahasa Jawa, ataupun Sunda. Kata-kata seperti Tuhan, Raja, bichara, orangkaya, sultan, memiliki makna yang hampir sama dengan kata-kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Secara afialiasi keagamaan, hampir seratus persen penduduk Bangsamoro adalah beragama Islam. Dengan model keislaman yang kurang lebih sama dengan penduduk Asia Tenggara yang lain. Perjuangan menuju kemerdekaan masih berlangsung hingga kini. Berturut- turut lahir Moro National Liberation Front (MNLF) pada akhir tahun 1960-an pimpinan Nur Misuari dan Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hasyim (wafat pada 2003) pada tahun 1981. Lahirnya MILF adalah respon dari ketidakpuasan terhadap MNLF yang dianggap kurang tegas dalam memperjuangkan hak-hak Bangsamoro dan terlalu akomodatif dengan pemerintah Philippina. Belakangan, pada awal 1990-an, lahir Abu Sayyaf Group (ASG) yang dipimpin Abdulrajak Janjalani. Namun yang terakhir ini lebih cocok disebut sebagai organisasi ‘teroris’(ASG digolongkan sebagai foreign terrorist organization oleh pemerintah AS), karena disinyalir kerap menebar teror di Philippina. Juga, baik MNLF maupun MILF menolak memiliki keterkaitan dengan aktivitas Abu Sayyaf Group. Keberadaan segelintir pihak yang menempuh jalan radikal ini pada akhirnya amat merugikan Bangsamoro. Terjadi generalisasi dan stigmatisasi bahwa Bangsamoro identik dengan teroris. Negosiasi Bangsamoro dan pemerintah Philippina untuk merumuskan wujud hak menentukan nasib sendiri ini berlangsung berpuluh tahun. Libya, Indonesia dan Malaysia adalah di antara negara-negara OKI (organisasi konferensi Islam) yang rajin memfasilitasi perundingan ini. Pencapaian terakhir Bangsamoro dalam ikhtiar menuju kemerdekaan ini adalah dicapainya status otonomi khusus dengan nama ARMM (Autonomous Region of Muslim Mindanao) pada 1 Agustus 1989, buah perjanjian antara pemerintah Philippina dan MNLF. Saat ini ARMM terdiri atas enam propinsi yaitu tiga di daratan Mindanao (Maguindanao, Lanao del Sur, Shariff Kabunsuan) dan tiga di kepulauan Sulu (Sulu, Basilan, dan Tawi-Tawi). Jumlah penduduk di enam propinsi mayoritas muslim tersebut mencapai hampir tiga juta jiwa. Disamping ARMM, bentuk akomodasi lain terhadap Bangsamoro oleh pemerintah Philippina adalah pemberlakuan Code of Muslim Personal Laws of the Philippines pada tahun 1977 yang mengatur urusan hukum keluarga (perkawinan, perceraian, kewarisan) masyarakat muslim Philippine. Selanjutnya, beberapa mahkamah syari’ah dibentuk dan hakim-hakim syari’ah ditunjuk . Di bidang ekonomi Islam, Philippine Amanah Bank, yang beroperasi di kalangan muslim, dibentuk pada tahun 1974 oleh mantan Presiden Ferdinand Marcos.



Penjajahan dan pemukiman Spanyol dimulai dengan kedatangan ekspedisi Miguel López de Legazpi pada tahun 1565, yang mendirikan pemukiman San Miguel di pulau Cebu,[3] danlebih banyak lagi pemukiman ke utara, mencapai teluk Manila di pulau Luzon pada tahun 1571.[4] Di Manila, mereka mendirikan kota baru dan dengan demikian memulai era penjajahan imperium Spanyol, yang berlangsung lebih dari tiga abad.[5]
Pemerintahan Spanyol berusaha mencapai penyatuan politik seluruh kepulauan, yang sebelumnya terdiri atas berbagai kerajaan dan komunitas merdeka, namun tidak berhasil. Penyatuan Filipina baru berhasil pada abad ke-20. Spanyol memperkenalkan percetakan versi Eropa Barat, dan kalender Gregorian, dan juga cacar, penyakit kelamin, lepra, perang dengan senjata api. [6]Hindia Timur Spanyol diperintah dan diadministrasi sebagai bagian Kerajamudaan Spanyol Baru dari Meksiko dari 1565 sampai 1821, dan diadministrasi langsung dari Madrid dari tahun 1821 sampai akhir Perang Spanyol-Amerika di tahun 1898, kecuali pada selang singkat pendudukan Britania di Filipina (1762-1764). Orang-orang Cina, Britania, Portugis, Belanda, Jepang dan pedagang pribumi mengeluh bahwa Spanyol menekan perdagangan dengan pemberlakuan monopoli Spanyol. Misionaris Spanyol mencoba mengkristenkan penduduk dan umumnya sukses di dataran rendah utara dan tengah, pada akhirnya. Mereka mendirikan sekolah, universitas, dan rumah sakit, terutama di Manila dan pemukiman benteng-benteng Spanyol.
Revolusi Filipina melawan Spanyol dimulai pada April 1896, yang berpuncak di dua tahun kemudian dengan proklamasi kemerdekaan dan pendirian Republik Pertama Filipina. Namun Traktat Paris, pada akhir perang Spanyol-Amerika, memindahkan kendali atas Filipina kepada Amerika Serikat. Perjanjian ini tidak diakui oleh pemerintah Filipina, yang pada 2 Juni 1899, menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. [7] Perang Filipina-Amerika yang kemudian terjadi berakibat korban dalam jumlah besar. [8] Presiden Filipina Emilio Aguinaldo ditangkap pada tahun 1901 dan pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan konflik berakhir secara resmi pada tahun 1902. Para pemimpin Filipina pada umumnya menerima bahwa AS telah menang, namun permusuhan terus berlanjut dan baru mulai berkurang tahun 1913. Pemerintahan kolonial AS dimulai tahun 1905 dengan otonomi lokal sangat terbatas. Otonomi parsial (status persemakmuran) diberikan pada tahun 1935, dengan kemerdekaan penuh dari AS direncanakan pada tahun 1946. Persiapan untuk negara yang berdaulat sepenuhnya diinterupsi oleh pendudukan Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. [4]
Dengan ekonomi yang menjanjikan pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, Filipina pada akhir 1960-an dan awal 1970-an mengalami kebangkitan aktivisme mahasiswa dan pergerakan sipil terhadap kediktatoran Presiden Ferdinand Marcos yang memberlakukan hukum militer pada tahun 1972.[4] Karena ikatan yang dekat antara AS dan Presiden Marcos, pemerintah AS terus mendukung Marcos meskipun pemerintahannya dikenal sangat korup dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara meluas. Namun revolusi "People Power" pada tahun 1986 telah memakzulkan Marcos dan membawa kembali demokrasi di negara tersebut. Periode setelah itu ditandai oleh ketidakstabilan politik dan terganggunya produktivitas ekonomi
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan Sejarah bangsa Filipina dimulai dari penduduk asal yaitu Manusia Tabon, dimana Manusia Tabon ini adalah manusia tertua dalam sejarah Filipina. Tidak hanya Manusia Tabon saja yang menghuni di Filipina, terdapat bangsa Negritos yang mana bangsa ini masih diperdebatkan asal-muasalnya. Bangsa Negritos mungkin adalah orang- oang Afrika Timur yang melakukan migrasi melalui pesisir Hindia yang kemudian sampai di Asia Tenggara, atau bangsa ini merupakan keturunan Austro-Malenisia yang mengalami pengerdilan selama ribuan tahun akibat penguran makanan guna mnghemat sumber daya yang terbatas dan bertahan pada kondisi alan hutan hujan tropis. Selain itu terdapat manusia pendatang yang berbahasa Austronesia yang berlayar atau bermigrasi melalui jembatan tanah, yang mana bangsa Austronesia ini menggeser bangsa Negritos kepegunungan, sedangkan mereka tinggal di daerah pantai yang subur. Tetapi dalam teori jembatan tanah ini mengalami banyak kelemahan, bahwasanya kepulauan Filipina dulunya tidak menjadi satu daratan dengan daratan Asia. Kepulauan Filipina seperti kerak Pasifik yang tipis bergerak di bawahnya. Kekerasan yang dihasilkan gempa bumi menyebabkan apa yang sekarang membentuk daratan Filipina untuk naik ke permukaan laut. Kerajaan-kerajaan yang ada di Kepulauan Filipina terdapat kekuasan- kekuasaan. Mulai dari negara Mai yang mana bukti berasal dari pengawas Cina. Kemudian terdapat Kerajaan Tondo, bukti yang mengungkapkan adanya Kerajaan Tondo ini adalah catatan tertua, yaitu Keping Tembaga Laguna, selain keping tersebut dari dinasti Ming juga menyebutkan bahwa dinasti Ming kdatangan utusan dari Luzon. Orang- orang pendatang juga ada yang berkuasa di Kepulauan Filipina ini, yaitu dengan terbentuknya Konfederasi Madyaas. Bermula pada saat datu Puti dan para pengikutnya membeli tanah orang Negritos, kemudian para pengikutnya mendirikan desa-desa yang kemudian bersatu menjadi Konfederasi Madyass. Konfederasi Madyass ini memuncak pada abad ke-15 di bawah kepemimpinan Datuk Padojinog ketika berperang melawan Kekaisaran Cina. Penaklukan kerajaan Brunei terhadap Kerajaan Tondo menjadikannya Negara kota yang bernama Seludong, Saludong atau Selurong digunakan untuk menunjukkan Manila sebelum penjajahan. Juga terdapat Kerajaan Namayan, Butuan, dan Cebu. Kerajaan cebu ini mrupaka kerajaan yang didirikan oleh Sri Lumay dari Dinasti Chola India. Masuknya islam di Filipina sudah ada sejak abad 15 ada juga yang mengatakan pada abad 14, yaitu dengan berdirinya Kesultanan Sulu pada tahun 1390. Selain kesultan Sulu ada juga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Maguindanao yang mana pada pemerintahannya menggunakan hukum Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj, Fathul Qareeb, Taqreebul Intifa dan Mir’atul-Thullab.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam, Lkis, 2004
Dr. Hamid A. Rabie, Islam Sebagai Kekuatan International, CV. Rosda Bandung 1985
Artikel Sejarah Masuknya Islam di Philipina. oleh Imam nugroho di www.duiniaislam.com
Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Hidayah, 2001

http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina, bms.wikipedia.org/wiki/Filipina, http://maps.google.co.id/maps?hl=id&lr=&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-US:official&as_qdr=all&q=filipina&um=1&ie=UTF-8&hq=&hnear=Filipina&gl=id&ei=Mff7TJrmE4H3rQejiNWoCA&sa=X&oi=geocode_result&ct=title&resnum=14&ved=0CIoBEPIBMA0, http://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Filipina,
http://www.anakciremai.com/2009/01/makalah-sejarah-tentang-sejarah.html
Dari Wikipedia bahasa Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Filipina . Di akses pada hari sabtu, tanggal 09 Mei 2010 http://cintailmoe.wordpress.com/2008/04/07/sejarah-islam-di-filipina/ . Di akses pada hari sabtu, tanggal 09 Mei 2010 http://majalah- alkisah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=429:islam-di- mindanao-minoritas-di-negeri-sendiri&catid=38:tarikh http://herususetyo.multiply.com/journal/item/45

Tidak ada komentar: